Heboh Rusia Punya Vaksin Pertama, Bio Farma: Tidak Mengikuti Kaidah

Heboh Rusia Punya Vaksin Pertama, Bio Farma: Tidak Mengikuti Kaidah

Anisa Indraini - detikFinance
Jumat, 14 Agu 2020 13:33 WIB
In this handout photo taken on Thursday, Aug. 6, 2020, and provided by Russian Direct Investment Fund, an employee shows a new vaccine at the Nikolai Gamaleya National Center of Epidemiology and Microbiology in Moscow, Russia. Russia on Tuesday, Aug. 11 became the first country to approve a coronavirus vaccine for use in tens of thousands of its citizens despite international skepticism about injections that have not completed clinical trials and were studied in only dozens of people for less than two months. (Alexander Zemlianichenko Jr/ Russian Direct Investment Fund via AP)
Foto: AP/Alexander Zemlianichenko Jr
Jakarta -

Rusia menjadi negara pertama di dunia yang menyetujui vaksin Corona (COVID-19). Pengumuman itu membuat heboh banyak negara karena pengujian dilakukan dalam waktu singkat kurang dari dua bulan.

Manajer Senior Integrasi Riset dan Pengembangan PT Bio Farma, Neni Nurainy menjelaskan Rusia bisa punya vaksin pertama karena tidak mengikuti standar uji klinis yang sudah ditetapkan. Standar untuk memproduksi vaksin harus melalui uji klinis fase III, sedangkan Rusia hanya sampai fase I.

"Tidak mungkin kita tidak crinical trial fase II dan III, langsung bisa registrasi vaksin. Vaksin Rusia juga masih menjadi sorotan dari WHO terkait itu, tapi ini memang kebijakan negaranya sendiri jadi tidak mengikuti kaidah ilmiah secara umum untuk registrasi vaksin," kata Neni dalam webinar bertajuk 'COVID-19 dan Prospek Vaksin untuk Indonesia', Jumat (14/8/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Direktur Utama Lipotek Australia Ines Atmosukarto menilai bahwa Rusia telah menyalahi aturan dan tidak memprioritaskan keamanan dan efektivitas dalam pengembangan vaksin.

"Tentunya kalau dari segi kita sebagai peneliti dan terlibat dalam pengembangan vaksin, bahwa suatu vaksin bisa loncat dari fase I langsung diberikan kepada masyarakat itu menyalahi banyak faedah penelitian. Terutama dalam menjaga keselamatan orang-orang yang nanti akan diberi vaksin," ucapnya.

ADVERTISEMENT

Jika Indonesia menggunakan vaksin Corona dari Rusia, hal itu disebut sebagai sebuah konspirasi karena selama melakukan uji klinis tidak ada transparansi data.

"Saya juga heran kenapa belum ada publikasi 1 pun dari Rusia mengenai fase III mereka. Tapi Rusia mungkin punya data tersendiri, kita nggak tahu. Kalau misalnya kita gunakan vaksin Rusia ke Indonesia, itu namanya konspirasi karena mereka tidak terbuka bagaimana menunjukkan data-data itu," ujar Konsultan Independen Genetika Molekular dengan Postdoctoral dari Harvard Medical School, Ahmad Rusdan Handoyo dalam kesempatan yang sama.




(ang/ang)

Hide Ads