Tak Semua Industri Sepatu Babak Belur karena Corona, Ini yang Bertahan

Tak Semua Industri Sepatu Babak Belur karena Corona, Ini yang Bertahan

Hendra Kusuma - detikFinance
Jumat, 21 Agu 2020 16:00 WIB
Pemburu Diskon Nike Mengantre Panjang

Para pengunjung rela berdesakan dan antre panjang demi mendapat sepatu Nike di Exhibition Hall Grand Indonesia, Jakarta Pusat, Rabu (23/08/2017). Nike mengadakan diskon gede-gedean hingga 90 persen di Exhibition Hall Grand Indonesia. Diskon ini akan berlangsung hingga 27 Agustus mendatang. Grandyos Zafna/detikcom
Foto: Grandyos Zafna
Jakarta -

Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) memastikan tidak semua produsen sepatu di tanah air terdampak parah pandemi Corona. Hingga saat ini produsen sepatu branded seperti Nike, Adidas, dan Reebok kuat bertahan.

Ketua Umum Aprisindo, Eddy Widjanarko mengatakan pihaknya saat ini menaungi tiga kelompok produksi yang berbeda kualitasnya. Mulai dari yang bermerek dunia alias branded, non brended, dan industri kecil menengah (IKM).

"Yang bertahan itu yang punya merek-merek besar seperti Reebok, Nike, Adidas, tapi karena saya sebagai ketua mencakup 3 level, satu level yang branded yang saya sebutkan tadi. Satu lagi non branded, yang non branded memang hancur-hancuran," kata Eddy saat dihubungi detikcom, Jakarta, Jumat (21/8/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Eddy menjelaskan, produsen sepatu non branded sangat terdampak Corona lantaran permintaannya yang turun drastis selama Corona. Begitu juga produsen di level IKM.

"Yang branded masih jalan bagus karena mereka semua protokol dijalankan," katanya.

ADVERTISEMENT

Meski begitu, dirinya berharap agar pemerintah dapat menemukan vaksin Corona agar perekonomian nasional kembali normal dan kembali menggairahkan industri persepatuan tanah air.

Sementara Dirjen Industri Kecil Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Gati Wibawaningsih membenarkan jika beberapa produsen sepatu mengurangi kapasitas produksinya di tengah pandemi Corona. Menurut dia, hanya produsen berorientasi ekspor yang mampu bertahan.

"Berdasar informasi dari asosiasi, industri alas kaki yang berorientasi domestik sementara menghentikan produksi karena order menurun akibat COVID-19. Sedangkan yang berorientasi ekspor masih berjalan, walaupun ada efisiensi," kata Gati.

Dihubungi secara terpisah, Direktur Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki Kemenperin Elis Masitoh mengatakan kinerja ekspor produk sepatu mengalami peningkatan. Dia menyebut, kinerja ekspor produk sepatu dari Januari hingga Juni 2020 naik 13,5% dibandingkan periode yang sama tahun 2019.

"Jadi dilihat dari kinerja Januari sampai dengan Juni 2020 dibandingkan Januari sampai dengan Juni 2019 ekspor naik 13,5%, impornya turun -21,9%, dan trade balance-nya naik 22%," kata Elis.

Dia pun mengungkapkan, produsen sepatu yang terdampak Corona hanya mengurangi kapasitas produksi bukan menghentikan produksi.

"Kalau menghentikan produksi sama sekali tidak. Industri mengurangi produksinya sehingga harus mengistirahatkan beberapa karyawannya dulu untuk sementara karena demand yang sedang turun terutama dalam negeri," ungkapnya.




(hek/zlf)

Hide Ads