Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN) Bambang PS Brodjonegoro mengatakan kontribusi sektor manufaktur terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia kian menipis. Hal ini menunjukkan sektor manufaktur Indonesia sudah kalah dari sisi daya saing.
"Pada tahun 90-an kontribusi manufaktur hampir 30% dari PDB data terakhir 2019 sudah di bawah 20% meski masih tinggi dari pertanian, dan sebagainya. Namun, ini tentunya ini jadi alarm bahwa manufaktur Indonesia mulai kehilangan daya saingnya," kata Bambang dalam peluncuran dan bedah buku Redesigning Indonesia: An Engineer's View secara virtual, Rabu (9/9/2020).
Padahal, menurutnya sektor manufaktur itu merupakan sektor yang labor intensive atau menyerap tenaga kerja yang besar. Oleh sebab itu, ia mengingatkan para insinyur yang hadir dalam bedah buku tersebut untuk memperkuat kembali sektor manufaktur.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Meski manufaktur masih mendominasi PDB, tapi porsinya makin lama, makin menurun. Pentingnya Indonesia untuk memperkuat sektor manufaktur itu sudah terjadi memang di tahun 90-an dengan manufaktur yang sifatnya labor intensive. Namun setelah krisis finansial Asia, tampaknya manufaktur kita mengalami kemerosotan daripada kontribusi kepada PDB," urainya.
Namun, untuk memperkuatnya kembali itu pun masih ada kendala. Pasalnya, untuk memperkuat sektor manufaktur saat ini dibutuhkan inovasi. Dan untuk melakukan inovasi, diperlukan riset dan pengembangan yang masih minim di Indonesia.
"Salah satu penyebabnya adalah daya saing inovasi yang ternyata rankingnya hanya 85 dari 131 negara. Nah kalau melihat lebih jauh lagi dari inovasi tersebut, yang jadi tantangan adalah pada R&D. Di samping faktor pendidikan, faktor research and development juga masih menjadi penghambat kita menjadi negara yang inovatif," ungkap Bambang.
Oleh sebab itu, untuk keluar dari tantangan ini, inovasi harus dikedepankan dalam sektor manufaktur dengan lebih mengaplikasikan teknologi digital, dan mengarah pada industri 4.0. Pada akhirnya, inovasi pada sektor manufaktur ini juga akan memperbaiki kinerja pertumbuhan ekonomi Indonesia.
"Persatuan Insinyur Indonesia harus menjawab tantangan ini. Bagaimana caranya agar manufaktur bisa mendorong pertumbuhan ekonomi tapi didasari inovasi," pungkasnya.
(ara/ara)