Miliarder Inggris Pilih Prancis buat Bangun Pabrik Mobil, Kenapa?

Miliarder Inggris Pilih Prancis buat Bangun Pabrik Mobil, Kenapa?

Danang Sugianto - detikFinance
Rabu, 09 Des 2020 22:36 WIB
The union flag flies over the Houses of Parliament in Westminster, in central London, Britain June 24, 2016.     REUTERS/Phil Noble
Ilustrasi/Foto: AP/Lewis Joly

Sebelumnya Ineos telah berencana untuk memproduksi SUV di pabrik baru di Bridgend, Wales dan kabarnya akan membuka 500 lapangan pekerjaan baru. Saat itu Ratcliffe mengatakan pihaknya memilih produksi di Wales sebagai ekspresi kepercayaan yang besar terhadap manufaktur Inggris.

Perdana Menteri Boris Johnson pun menanggapi positif saat itu. Dia mengatakan bahwa pembuatan Grenadier di Wales adalah bentuk kepercayaan pada keahlian Inggris dan mempertahankan status negara itu sebagai pelopor dalam teknologi kendaraan baru.

Namun sayang keputusan itu berubah. Perubahan keputusan yang diambil Ineos itu menambah kemunduran besar bagi Bridgend. Sebelumnya Ford telah menutup pabrik mesin di kota South Wales yang telah beroperasi sejak 1977 dan mempekerjakan sekitar 1.700 orang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ini berita yang buruk, bahwa mobil Grenadier sekarang akan dibangun di Prancis, bukan di Bridgend, terutama setelah penutupan pabrik Ford," kata Ed Miliband, juru bicara bisnis oposisi Partai Buruh.

Padahal pabrik baru akan menjadi peluang langka bagi industri mobil Inggris, yang telah terpincang-pincang oleh ketidakpastian selama bertahun-tahun atas Brexit. Produksi telah merosot secara dramatis, dan industri telah memperingatkan bahwa gagal mencapai kesepakatan perdagangan baru dengan Uni Eropa sebelum batas waktu akhir Desember akan menelan biaya 47 miliar pound sterling (US$ 62,5 miliar) selama lima tahun ke depan.

ADVERTISEMENT

Johnson melakukan perjalanan ke Brussel pada hari Rabu dalam upaya untuk menyelamatkan kesepakatan dengan Uni Eropa. Jika kesepakatan perdagangan baru tidak diselesaikan, mobil yang dibuat di Inggris akan menghadapi tarif 10% ketika diekspor ke blok Uni Eropa mulai 1 Januari, yang sangat merusak daya saing industri.


(das/hns)

Hide Ads