IBC Resmi Terbentuk, RI Mau Jadi Pemain Global Baterai Kendaraan Listrik

IBC Resmi Terbentuk, RI Mau Jadi Pemain Global Baterai Kendaraan Listrik

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Sabtu, 27 Mar 2021 08:30 WIB
Menteri BUMN Erick Thohir mengikuti rapat kerja dengan Komisi VI DPR RI, Jakarta, Kamis (18/03/2021). Rapat tersebut membahas pembentukan Holding BUMN Ultra Mikro.
Menteri BUMN Erick Thohir/Foto: Rengga Sencaya
Jakarta -

Rencana pemerintah untuk mengembangkan baterai kendaraan listrik bukanlah isapan jempol belaka. Hal ini dibuktikan dengan pendirian holding baterai kendaraan listrik Indonesia Battery Corporation (IBC) yang terdiri dari MIND ID, PT Pertamina (Persero), PT PLN (Persero), dan PT Aneka Tambang Tbk.

"Insyaallah saya ucapkan terima kasih dukungan komisaris, direksi dan jajaran kementerian sehingga cita-cita mulia kita sebagai bangsa kita buktikan hari ini. Kita mempunyai perusahaan yang fokus kepada electric battery," kata Menteri BUMN Erick Thohir dalam konferensi pers, Jumat (26/3/2021).

Erick menjelaskan, pengembangan baterai kendaraan listrik ini membuat Indonesia lebih bersahabat dengan ekonomi hijau. Hal ini juga sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi), di mana Indonesia sebelumnya sering terlambat mengantisipasi potensi Indonesia seperti saat booming kayu dan minyak.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Justru kita memanfaatkan momentum yang sangat penting ketika perubahan inovasi yaitu salah satunya EV battery yang merupakan berbasis nikel, kita justru mengambil langkah yang cukup berani. Kita tak mau kalah dengan negara-negara besar yang lain seperti RRT, Amerika, dan Korea kita bisa menjadi pemain global," ujarnya.

Erick mengatakan, kerja ini belum selesai. Dia mengatakan, implementasinya akan terasa pada 2022-2023.

ADVERTISEMENT

"Kerjanya belum selesai, ini baru kertas doang, kita harapkan tentu implementasi nantinya ini terbukti di 2022-2023 tentu yang namanya hasil produksinya sendiri," katanya.

"Insyaallah niat baik kita semua legacy kita semua tentunya untuk pemerintah Indonesia yang dipimpin Bapak Presiden Joko Widodo," katanya.

Butuh Investasi Rp 238 T

Pembentukan holding baterai kendaraan listrik Indonesia Battery Corporation (IBC) membutuhkan investasi sampai US$ 17 miliar atau sekitar Rp 238 triliun (kurs Rp 14.000). Investasi ini tidak hanya membangun satu pabrik saja, namun terintegrasi dari hulu ke hilir.

"Ini memang total investasi sangat besar bisa mencapai US$ 17 miliar dan memang profil daripada IBC akan dimiliki total komposisi saham antara yang sama antara Antam, MIND ID, Pertamina, PLN," kata Wakil Menteri BUMN Pahala N Mansury.

Dia mengatakan, masing-masing BUMN tersebut nantinya membentuk perusahaan patungan atau joint venture dengan mitra.

"Keempat-empat BUMN bersatu membentuk sebuah industri baterai corporation yang nanti masing-masing bagian daripada supply chain industri baterai akan kita memiliki joint venture, ini akan kita lakukan bersama," katanya.

Erick Thohir mengungkapkan, dalam pengembangannya, pihaknya melibatkan mitra yakni perusahaan asal China CATL dan perusahaan asal Korea Selatan LG Chem.

"Kita berpartner global player di sini ada CATL kalau tidak salah pemain nomor satu dunia untuk EV, dan LG Chem nomor duanya," katanya.

"Permodalan sendiri ada 2, CATL kalau tidak salah US$ 5 miliar lebih , LG Chem kurang lebih US$ 13-17 miliar ini sebuah partnership yang besar banget," katanya.

Baterai kendaraan listrik diproduksi di RI. Berlanjut ke halaman berikutnya.

Nantinya, holding ini membuat perusahaan patungan atau joint venture dengan mitra di bagian-bagian rantai pasoknya. Adapun perusahaan mitra yang ada saat ini CATL dan LG Chem. Perusahaan patungan ini dibuat dengan komposisi yang berbeda-beda.

Erick Thohir menjelaskan, dalam pengembangan baterai kendaraan yang terintegrasi ini, pihaknya akan menguasai dari sisi hulu. Erick melanjutkan, untuk baterai kendaraan motor pihaknya akan menjadi leading sector. Sementara, untuk baterai kendaraan mobil, pihak mitra yang akan menjadi leading sector.

"Tadi disampaikan di hulunya kita mayoritas, di turunannya kita minoritas tapi transfer teknologi kita diberi kesempatan. Tapi khususnya baterai motor dan baterai stabilisator kita menjadi leading sector, untuk yang mobil memang tadi karena kemampuan daripada partner menjadi global player ya mungkin kita dalam posisi yang lebih mengalah," kata Erick.

Erick menekankan, terpenting dalam pengembangan baterai kendaraan listrik ini ialah semua pabriknya dibuat di Indonesia.

"Tapi ujung-ujungnya bagaimana kita mengunci hilirisasi ini harus bermanfaat bagi Indonesia tidak hanya bagi market tapi pertumbuhan tenaga kerja yang terukur karena semua pabriknya dibuat di Indonesia," katanya.

Senada, Pahala Mansury bilang meski beberapa di hilir minoritas tapi semua produksinya di Indonesia. Hal ini untuk memastikan agar nantinya produk dari hulu tidak diekspor.

"Ini yang memang arahan Pak Menteri untuk memastikan dari up stream jangan sampai lalu ekspor keluar, nanti pada saat membutuhkan baterai untuk memproduksi EV-nya justru impor lagi dari ke negara lain," ujarnya.

"Tujuannya dari awal kita harus memastikan karena memang yang namanya baterai masa depan, kita memang melakukan produksinya di Indonesia. Tadi ada keinginan 70% apa yang diproduksi hulu kita ke bawah ke hilir. Kedua kita ingin membangun ini terintegrasi jangan sampai kita punya kekuatan di hulunya Antam dan MIND ID tapi tidak bisa kendalikan pastikan masuk ke bawah, ini yang juga makanya kita bentuk holding secara bersama-sama," katanya.


Hide Ads