Indonesia kehilangan 10 juta dosis vaksin gratis WHO dari program dari program The Global Alliance for Vaccines and Immunisation (GAVI). Penyebabnya adalah karena India sebagai salah satu produsen vaksin di program tersebut melakukan embargo.
Negara itu saat ini sedang terjadi lonjakan kasus COVID-19 yang cukup signifikan. Sehingga, pemerintah negara Bollywood itu tidak mengizinkan vaksin tersebut keluar dari negara mereka.
"Gara-gara ada lonjakan kasus di India, India embargo vaksinnya," ujar Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam acara dalam acara CIMB Niaga Forum Indonesia Bangkit secara virtual, Selasa (6/4/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagai latar belakang, India melalui Serum Institute of India merupakan produsen vaksin Oxford-AstraZeneca yang dipasarkan dengan merek Covishield.
Serum Institute of India ini merupakan produsen vaksin terbesar di dunia. Perusahaan itu mengatakan mampu menghasilkan lebih dari 50 juta dosis vaksin sebulan.
Oleh karenanya, India pun melakukan ekspor vaksin, sebagian diberikan secara cuma-cuma melalui perjanjian komersial yang ditandatangani antara pembuat vaksin dan negara penerima, dan sisanya melalui skema Covax, yang dipimpin oleh WHO.
Adapun target penerima vaksin gratis WHO negara-negara berpenghasilan rendah dan berkembang di seluruh dunia termasuk Indonesia. Tujuannya tidak lain tidak bukan untuk pemerataan akses vaksin COVID-19 di seluruh dunia.
Di awal peluncuran program hibah vaksin ini, WHO berharap dapat memberikan 336 juta dosis pada paruh pertama tahun ini ke seluruh negara-negara tersebut dan mencapai 2 miliar dosis pada akhir Desember 2021.
Namun, karena adanya peningkatan kasus COVID-19, India akhirnya mengambil kebijakan embargo tadi, bukan hanya kepada Indonesia tapi juga kepada negara penerima vaksin gratis WHO.
Simak Video: Stok Vaksin Semakin Terbatas, Pemerintah Prioritaskan Lansia
(das/das)