Selain Peternakan, Erick Thohir Lirik Tambang Garam di Luar Negeri

Selain Peternakan, Erick Thohir Lirik Tambang Garam di Luar Negeri

Soraya Novika - detikFinance
Kamis, 29 Apr 2021 16:50 WIB
Poster
Foto: Edi Wahyono
Jakarta -

Selain melirik pembelian peternakan sapi di luar negeri, menteri BUMN Erick Thohir tertarik mengambil alih tambang garam di luar negeri. Tujuannya untuk memenuhi kebutuhan garam industri dalam negeri agar Indonesia bisa mengurangi ketergantungannya akan garam impor.

Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Utama PT Rajawali Nusantara Indonesia Arief Prasetyo Adi dalam konferensi pers secara virtual, Kamis (29/4/2021).

"Pak Menteri juga membuka opportunity apabila harus men-take over tambang garam di luar, untuk transfer teknologi juga. Untuk menyiapkan garam yang berkualitas NaCL di atas 96% untuk industri yang membutuhkan garam. Jadi bukan garam konsumsi, tapi garam industri," katanya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sedangkan, untuk garam konsumsi dianggap sudah cukup. Hanya saja yang masih jadi PR adalah terkait harganya.

"Kalau garam konsumsi kami rasa sudah cukup jadi teman-teman dari PT Garam produksinya sudah cukup baik hanya mengenai harga yang harus kita lebih efisien kembali karena kadang harganya jauh dengan harga yang dari luar," sambungnya.

ADVERTISEMENT

PR lainnya adalah terkait mekanisasi tambak garam, juga menjadi salah satu poin kunci yang harus dikerjakan dan perbaiki demi produksi garam berkualitas tinggi.

Sebagaimana diketahui, tahun ini Indonesia kembali mengimpor garam. Tak tanggung-tanggung jumlahnya sampai 3 juta ton. Jumlah itu meningkat dari impor tahun lalu.

Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), realisasi impor garam Indonesia sepanjang 2020 mencapai 2,61 juta ton dengan nilai mencapai US$ 94,55 juta. Secara volume kebutuhan itu juga meningkat dibanding realisasi impor pada 2019.

Pada 2019, secara volume impor garam Indonesia mencapai 2,59 juta ton dengan nilai US$ 95,52 juta. Level tertinggi terjadi pada 2018 mencapai 2,84 juta ton atau senilai dengan US$ 90,65 juta.

Selama ini, Indonesia langganan garam impor dari Australia, Tiongkok, India, Thailand, dan Selandia Baru.

Menurut Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi alasan RI tak bisa lepas dari garam impor karena garam impor itu dibutuhkan untuk industri.

Menurut Lutfi, alasan industri butuh garam impor karena kualitas garam produk dalam negeri belum mampu mengikuti standar kebutuhan industri.

"Garam kita dikerjakan oleh PN (PT) Garam dan oleh petani. Garam rakyat ini belum bisa menyamai kualitas untuk garam industri tersebut," ujar Lutfi dalam konferensi pers virtual, Jumat (19/3/2021).

(eds/eds)

Hide Ads