Jakarta -
Industri otomotif Indonesia selamat dari hantaman pandemi COVID-19. Hal tersebut di antaranya karena aksi menteri-menteri Golkar di Kabinet Indonesia Maju.
Dalam upaya Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) pada masa pandemi COVID-19, Menko Perekonomian yang juga Ketua KPC-PEN Airlangga Hartarto mengeluarkan kebijakan terkait industri otomotif. Industri otomotif merupakan salah satu sektor manufaktur yang terkena dampak pandemi COVID-19 paling besar.
Untuk meningkatkan pembelian dan produksi Kendaraan Bermotor (KB), pemerintah memberikan insentif fiskal berupa penurunan tarif PPnBM untuk kendaraan bermotor. Inisiatif insentif fiskal ini datang dari Menperin Agus Gumiwang Hartarto, yang merupakan menteri Golkar, setelah menerima masukan dari pelaku industri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Airlangga menjelaskan relaksasi PPnBM dapat meningkatkan purchasing power dari masyarakat dan memberikan jumpstart pada perekonomian. Stimulus khusus juga diberikan di sejumlah negara lain di dunia untuk industri otomotif selama pandemi. Seperti pengurangan pajak penjualan sebesar 100% untuk CKD (mobil yang dirakit di dalam negeri) dan potongan hingga 50% untuk CBU (mobil yang dirakit di negara asalnya) yang dilakukan oleh Malaysia.
Pemerintah memberikan insentif penurunan PPnBM untuk kendaraan bermotor pada segmen kendaraan dengan cc < 1500 yaitu untuk kategori sedan dan 4x2. Hal ini dilakukan karena pemerintah ingin meningkatkan pertumbuhan industri otomotif dengan local purchase kendaraan bermotor di atas 70%.
"Harapannya dengan insentif yang diberikan bagi kendaraan bermotor ini, konsumsi masyarakat berpenghasilan menengah atas akan meningkat, meningkatkan utilisasi industri otomotif dan mendorong pertumbuhan ekonomi di kuartal pertama tahun ini," ucap Airlangga dalam keterangan tertulis, Kamis (11/2/2021).
Pemberian insentif ini dilakukan secara bertahap selama 9 bulan. Masing-masing tahapan berlangsung selama 3 bulan. Insentif PPnBM sebesar 100% dari tarif diberikan pada tahap pertama, lalu diikuti insentif PPnBM sebesar 50% dari tarif yang diberikan pada tahap kedua, dan insentif PPnBM 25% dari tarif diberikan pada tahap ketiga.
Diskon PPnBM 100% untuk pembelian mobil baru ini awalnya direncanakan hingga Mei 2021, namun terus diperpanjang hingga kini.
Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan diskon PPnBM 100% ini diperpanjang untuk membangkitkan kembali gairah usaha di Tanah Air, khususnya sektor industri yang selama ini berkontribusi bagi perekonomian nasional.
"Kementerian Keuangan sudah senada dengan kami, bahwa PPnBM DTP dapat diperpanjang. Hal ini sesuai arahan Bapak Presiden Joko Widodo, diperlukan terobosan untuk tetap menciptakan iklim usaha yang kondusif di tengah kondisi pandemi," kata Agus dalam keterangan tertulis, Minggu (13/6/2021).
Halaman selanjutnya hasil manis diskon PPnBM..
Diskon Pajak Penjualan atas Barang Mewah Ditanggung Pemerintah (PPnBM-DTP) membuat penjualan mobil laris manis. Bahkan pada kuartal II-2021 terjadi kenaikan penjualan 758,68% dibandingkan kuartal yang sama tahun lalu.
Pada kuartal II-2020, penjualan mobil tercatat sebanyak 24,04 ribu unit. Sedangkan pada kuartal II tahun ini tercatat penjualan mobil mencapai 206,44 ribu unit. Sedangkan pada kuartal I-2021 adalah 187,03 ribu unit.
"Kita bisa lihat volume penjualan mobil langsung naik ketika kita lihat kuartal II-2020 sangat tertekan, salah satu industri yang hard hit, kemudian di kuartal I-2021 sudah mulai ada peningkatan dan kuartal kedua baik sekali," kata Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita dalam konferensi pers virtual, Kamis (5/8/2021).
Meningkatnya penjualan mobil juga terlihat dari Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) yang tumbuh 7,54%. PMTB adalah pengeluaran untuk barang modal yang mempunyai umur pemakaian lebih dari satu tahun dan tidak merupakan barang konsumsi.
"Ini catatan dari kami salah satu faktor penunjang pertumbuhan PMTB ini adalah pertumbuhan barang modal jenis kendaraan yang dipengaruhi oleh peningkatan produk kendaraan domestik. Ini pasti ada pengaruhnya dari kebijakan pemerintah berkaitan dengan PPnBM ditanggung pemerintah untuk otomotif," paparnya.
Tak Ada PHK
Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Yohannes Nangoi menyatakan bahwa pabrikan otomotif di Tanah Air aman dari gelombang PHK (Pemutusan Hubungan Kerja). Nangoi mengatakan titik balik industri otomotif keluar dari masalah krisis Covid-19 jadi momentum pada gelaran Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2021. Seperti diketahui pameran ini juga sempat tertunda selama lebih dari 1,5 tahun.
"GIIAS kali ini mengambil tema wheels to move, luar biasa semua orang bilang dalam ekonomi yang sedang terpuruk maka industri yang akan mati adalah industri otomotif," kata Nangoi saat konferensi pers di Jakarta, Kamis (21/10/2021).
"Dengan bangga saya katakan industri otomotif bisa bertahan bahkan sampai saat ini tidak ada satupun PHK yang terjadi industri otomotif kecuali pegawai kontrak yang habis masa kontraknya tidak diperpanjang lagi ataupun juga pegawai yang sifatnya outsourcing tidak diperpanjang lagi tapi secara overall tidak ada PHK massal di industri otomotif," imbuhnya.
Hal ini didukung oleh kebijakan pemerintah terhadap industri otomotif berupa diskon PPnBM yang sudah berlaku sejak Maret 2021. Karena diskon PPnBM, penjualan mobil naik, permintaan meningkat sehingga industri otomotif yang tahun lalu sempat anjlok kini kembali bergulir.
"Kemenperin mensupport industri otomotif dengan memberikan spesial insentif yang kita sebut PPnBM DTP (Ditanggung Pemerintah), hasilnya bulan September-Oktober penjualannya lebih baik, tapi yang jelas sebelum pandemi penjualan kita per bulan rata rata sebulan 90 ribu unit, bulan April-Mei tahun lalu cuma 5 ribu unit per bulan, di tahun 2021 setelah pandemi Agustus-September 2021 penjualannya kembali di angka 85 ribu," urai Nangoi.
Pulihnya produksi dan penjualan industri otomotif membawa dampak yang luas bagi sektor industri lainnya. Nangoi menambahkan dalam menjalankan bisnisnya, industri otomotif dinilai memiliki keterkaitan dengan industri lainnya (industri pendukung).
"Luar biasa support dari pemerintah karena selama masa pandemi pabrik mobil tidak ditutup tapi kita jalankan secara berjenjang, sementara di beberapa negara lain diliburkan," kata Nangoi.
"Industri otomotif adalah lokomotif yang menarik gerbong cukup banyak ada komponen, finance juga, dan begitu banyak usaha yang terkait dengan industri otomotif," ungkap Nangoi.
Industri otomotif merupakan industri padat karya. Saat ini, lebih dari 1,5 juta orang bekerja di industri otomotif yang terdiri dari lima sektor, yaitu pelaku industri tier II dan tier III (terdiri dari 1.000 perusahaan dengan 210.000 pekerja), pelaku industri tier I (terdiri dari 550 perusahaan dengan 220.000 pekerja), perakitan (22 perusahaan dan dengan 75.000 pekerja), dealer dan bengkel resmi (14.000 perusahaan dengan 400.000 pekerja), serta dealer dan bengkel tidak resmi (42.000 perusahaan dengan 595.000 pekerja).
Halaman Selanjutnya
Halaman