Pendiri Bara JP itu menambahkan, untuk menyelesaikan kewajiban KS kepada sejumlah krediturnya, perusahaan telah memiliki sejumlah rencana, termasuk melepas kepemilikan saham di KSI hingga 40 persen. Akan tetapi, kata Roy, belakangan ini muncul permintaan agar penjualan KSI hingga sampai 70% saham.
"Jika mayoritas saham KSI dilepas, justru akan merugikan KS. Lagi pula penyelamatan KS tidak harus melepas kepemilikan mayoritas di KSI. Kepentingan negara harus menjadi prioritas," kata Roy.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Roy Maningkas menyebut, usai pernyataan Erick Thohir, saham KRAS langsung mengalami Auto Rejection Bawah atau turun pada level harga batas terendah. Saham KRAS terkoreksi -6,7% yang artinya pemegang saham, baik itu negara maupun investor publik mengalami kerugian dari penurunan nilai perusahaan sebesar Rp 671 miliar (unrealized loss).
Divestasi KRAS terhadap KSI yang mencapai 70%, kata Roy, dapat merugikan negara dan publik sebagai pemegang saham KRAS. "Jadi bukan saya suka bertaruh, tapi ini untuk meyakinkan rakyat bahwa ada ketidakberesan di transaksi ini, KSI memiliki kontribusi laba ke holding KRAS sangat signifikan, sehingga dengan divestasi KSI yang ditargetkan mencapai 70% hingga tahun 2023 dan KRAS hanya memiliki 30% sama saja bohong," ujar Roy.
Sebelumnya dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR, erick Thohir mengatakan, Krakatau Steel bisa bangkrut jika sejumlah langkah restrukturisasi gagal. "Tapi memang salah satunya yang sekarang ini krusial, kalau ketiga gagal, kedua gagal, dan pertama gagal maka Desember ini (Krakatau Steel) bisa default," kata Erick.
Langkah ketiga macet yang dimaksud Erick adalah investasi blast furnace, di mana investasi senilai US$ 850 juta sejak 2008. Sempat ada titik terang dengan China, tapi gagal.
Kemudian, langkah kedua mengenai negosiasi dengan POSCO. Pemerintah mendorong agar kerja sama bisa 50-50. Namun, Erick mengakui hal ini tidak mudah dan sampai saat ini belum ada tanggapan dari POSCO sendiri.
Terakhir Erick mengungkap kemungkinan Lembaga Pengelola Investasi (LPI) atau Indonesia Investment Authority alias INA berinvestasi di Krakatau Steel.
"Nah ini salah satunya sebenarnya kita mengundang, ini bukan jeruk makan jeruk ya, INA untuk berinvestasi, INA sebenarnya kan kita juga ya untuk investasi sehingga barangnya nggak lari ke luar," imbuh Erick.
(fdl/fdl)