Jakarta -
Tahun ini geliat sektor industri manufaktur mulai bangkit kembali. Hal ini terlihat dari sejumlah kinerja, antara lain realisasi investasi, capaian ekspor, kontribusi pajak, kontribusi terhadap PDB, dan peringkat Purchasing Managers Index (PMI).
Sepanjang Januari-September 2021, realisasi investasi di sektor manufaktur tercatat sebesar Rp 236,79 triliun. Angka ini naik 17,3% jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2020 sebesar Rp 201,87 triliun.
Dari sisi capaian nilai ekspor, kontribusi sektor industri manufaktur terus meningkat. Nilai ekspor industri manufaktur pada Januari-November 2021 mencapai US$ 160 miliar atau berkontribusi sebesar 76,51% dari total ekspor nasional. Angka ini melampaui capaian ekspor manufaktur sepanjang tahun 2020 sebesar Rp 131 miliar, dan lebih tinggi dari capaian ekspor tahun 2019.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jika dibandingkan dengan Januari-November 2020 (c-to-c), maka kinerja ekspor industri manufaktur pada Januari-November 2021 meningkat sebesar 35,36%. Kinerja ekspor sektor manufaktur ini sekaligus mempertahankan surplus neraca perdagangan yang dicetak sejak bulan Mei 2020," ujar Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dalam keterangan tertulis, Kamis (30/12/2021).
Agus menjelaskan, capaian sektor industri manufaktur dari sisi investasi dan ekspor mengiringi kontribusinya pada penerimaan negara dan terhadap pembentukan PDB nasional yang terus meningkat.
"Untuk pajak sektor industri pengolahan sepanjang tahun secara rerata berkontribusi sebesar 29%, sementara penerimaan cukai sektor industri menyumbang 95% dari total penerimaan cukai nasional," ungkap Agus.
Dari aspek kontribusi PDB, sumbangsih industri manufaktur pada triwulan III tahun 2021 sebesar 17,33%. Angka ini merupakan yang tertinggi di antara sektor ekonomi lainnya. Walau sempat tertekan hingga minus 2.52% di tahun 2020, pertumbuhan sektor industri manufaktur kembali bergairah pada tahun 2021, dengan angka pertumbuhannya meningkat signifikan di triwulan II-2021 sebesar 6,91% (y-o-y). Hal ini juga sejalan dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang ikut bangkit sebesar 7,07% (y-o-y).
Usai sempat limbung akibat pembatasan aktivitas masyarakat, Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia perlahan bangkit dan kembali ke level ekspansif. Angka PMI manufaktur Indonesia di sepanjang tahun 2021 secara umum berada pada level ekspansif, kecuali pada bulan Juli dan Agustus akibat pembatasan aktivitas di masa PPKM Darurat dan PPKM Level 4.
Di luar itu, PMI Manufaktur Indonesia beberapa kali memecahkan rekor angka tertinggi sepanjang sejarah, yakni berada pada peringkat 53,2 di bulan Maret, kemudian 54,6 di bulan April, 55,3 di bulan Mei, dan puncaknya 57.2 di bulan Oktober. Posisi ekspansif ini diyakini akan bertahan di akhir tahun ini.
Pada aspek ketenagakerjaan, ada tambahan penyerapan tenaga kerja sebanyak 1,2 juta orang di tahun 2021 sehingga jumlah total tenaga kerja di sektor ini kembali meningkat ke angka 18,64 juta orang.
"Dengan melihat berbagai indikator kinerja tersebut, di tengah hantaman pandemi COVID-19, industri manufaktur Indonesia secara keseluruhan masih menunjukkan kinerja yang sangat baik," ucap Agus.
Kinerja makro sektor industri yang baik ini dinilai tidak terlepas dari keberhasilan pemerintah dalam menerapkan kebijakan gas dan rem, sehingga aktivitas industri manufaktur tidak pernah benar-benar berhenti.
"Kebijakan gas dan rem di sektor industri manufaktur diturunkan dalam wujud kebijakan Ijin Operasional dan Mobilitas Kegiatan Industri (IOMKI) yang dikeluarkan oleh Kemenperin," imbuhnya.
Seiring waktu, kebijakan IOMKI juga disebut berhasil menciptakan keseimbangan antara kepentingan kesehatan dan kepentingan ekonomi di sektor industri manufaktur. Kebijakan tersebut juga memacu para pelaku industri untuk percaya diri dan segera beradaptasi dengan kondisi pandemi.
"Keseimbangan, kepercayaan diri, dan daya adaptasi ini yang membentuk resiliensi yang baik di sektor industri manufaktur dalam menghadapi situasi pandemi," jelasnya.
Simak juga Video: Jokowi Minta Perizinan di Kawasan Industri Hijau RI Jangan Berbelit
[Gambas:Video 20detik]
Selain itu, guna meningkatkan kinerja sektor industri, Kemenperin telah menjalankan program dan kebijakan strategisnya seperti program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN), pengembangan industri halal, dan program substitusi impor 35% tahun 2022.
Kementerian Perindustrian juga fokus untuk terus membangun sektor industri manufaktur yang berdaulat, mandiri, berdaya saing, dan inklusif. Namun demikian, pandemi COVID-19 memberikan dampak terhadap upaya dalam rangka mencapai sasaran prioritas nasional tersebut.
"Meski adanya gejolak dan tantangan akibat pandemi, sektor industri manufaktur konsisten memainkan peranan pentingnya sebagai penggerak dan penopang utama bagi perekonomian nasional. Bahkan, kami dapat menyatakan bahwa sektor industri manufaktur merupakan sektor pendorong utama bagi Indonesia untuk keluar dari resesi," kata Agus.
Proyeksi 2022
Lebih lanjut Agus mengatakan meski pandemi COVID-19 masih belum menunjukkan ujungnya, Kemenperin tetap optimistis menghadapi tahun 2022.
"Seiring dengan membaiknya kondisi perekonomian nasional, kami menargetkan pertumbuhan industri manufaktur sebesar 4-4,5% pada tahun 2021 ini, dan sebesar 4,5-5% pada tahun 2022," ujar Agus.
Soal nilai ekspor industri manufaktur ditargetkan pada kisaran US$ 170-175 miliar pada tahun 2021, dan akan mencapai US$ 175-180 miliar pada tahun 2022. Sementara pada nilai investasi, Kemenperin menargetkan sebesar Rp 280-290 triliun pada tahun 2021, dan sebesar Rp 300-310 triliun pada 2022.
"Kami juga menargetkan penyerapan tenaga kerja sebanyak 20,84 juta orang di tahun 2022," ucap Agus.
Dalam upaya mencapai target-target tersebut, Kemenperin telah mengidentifikasi berbagai tantangan yang akan dihadapi pada tahun 2022. Tantangan tersebut antara lain terkait disrupsi dari supply chain, kelangkaan kontainer yang diakibatkan oleh ketidakseimbangan perdagangan lewat laut.
Tantangan lainnya yaitu berbagai event internasional khususnya eksibisi atau pameran internasional yang diselenggarakan dalam bentuk virtual atau digital dinilai kurang mampu menarik bagi pengunjung.
Berikutnya, ketergantungan impor bahan baku serta bahan baku penolong, dan perlu adanya upaya mitigasi terhadap gelombang varian virus omicron pada sektor industri.
"Kami juga mengkaji untuk adanya usulan pemberian insentif baru bagi sektor industri tertentu agar daya saing industri meningkat," urai Agus.
Kemenperin juga akan menggulirkan beberapa program utama, misalnya kembali berpartisipasi Kemenperin sebagai special guest pada Hannover Messe 2022.
"Event tersebut penting karena Indonesia akan menerima penyerahan status partner country dari Portugal yang menjadi partner country Hannover Messe 2022, sekaligus memantapkan langkah Indonesia menapaki era Industri 4.0 bersama negara-negara industri di dunia," terang Agus.
Melalui partisipasi Hannover Messe 2022 ini, diharapkan ada kesepakatan-kesepakatan baik G-to-G maupun B-to-B yang mendukung terciptanya investasi perusahaan multinasional maupun peluang ekspor.
Indonesia juga resmi memegang Presidensi G20 Tahun 2022 mulai 1 Desember 2021, dengan Pemerintah Indonesia menetapkan tema besar untuk presidensi ini, yaitu 'Recover Together, Recover Stronger'.
Sebagai Presiden pada forum G20 tahun 2022, Pemerintah Indonesia mengusulkan penambahan isu industri dalam Trade and Investment Working Group menjadi Trade, Investment and Industry Working Group (TIIWG).
Pada Working Group tersebut akan dilakukan pembahasan isu-isu prioritas terkait industri, perdagangan dan investasi dalam rangka mendukung pemulihan ekonomi dunia dari dampak pandemi COVID-19.
Adapun isu industri yang rencananya akan diusung dalam TIIWG adalah 'Inclusive and Sustainable Industrialization via Industri 4.0' dalam tema besar penguatan SDGs untuk pemulihan ekonomi.
"Diharapkan hal ini dapat memantik diskusi negara Anggota G20 untuk mempercepat implementasi industri 4.0, meningkatkan pemerataan akses teknologi, memitigasi dampak negatif dari perubahan teknologi dan memperkuat kolaborasi untuk mendukung industri yang inklusif, berkelanjutan dan pemulihan ekonomi global," paparnya.
Kemudian, melalui pendanaan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) akan dibangun fasilitas produksi fitofarmaka sebanyak 1 unit di Balai Besar Kimia Kemasan yang mendukung program substitusi impor. Ruang yang akan dibangun adalah Miniplant for Phytopharmaca Production, Smart Laboratory, Centre of Essential Oil, Soft Computing Room dan Satelite 4.0 for Phytopharmaca.
Pada tahun 2022 juga akan dilakukan pengembangan kerja sama dan ekosistem PIDI 4.0 serta pengisian atas fasilitas showcase, peralatan pelatihan dan laboratorium riset dan test bed di PIDI 4.0.
PIDI 4.0 juga akan fokus pada penyiapan SDM untuk kelembagaan PIDI serta pengembangan talent pool dan expert pool industri 4.0. Akan dikembangkan juga satelit-satelit PIDI yang berada di satuan Pendidikan Politeknik Kemenperin dan perusahaan industri.
Kemenperin juga mengambil inisiatif untuk membangun Indonesia Manufacturing Center (IMC) yang akan menjembatani kesenjangan antara sisi demand dari industri terhadap permesinan dan sisi suplai permesinan.
Hal tersebut dilakukan dari hasil riset, pengembangan, dan inovasi baik oleh perguruan tinggi, lembaga riset, atau industri.
Pada Tahun 2022 juga akan dilakukan Pengembangan Center Of Excellence Alat Kesehatan Fasilitasi Pendampingan Komersialisasi Hasil Riset Inovasi dan Fasilitasi Infrastruktur Center Of Excellence Alat Kesehatan .
Kemenperin juga akan kembali memberikan fasilitasi sertifikasi secara gratis kepada perusahaan industri dalam negeri meliputi tidak terbatas terhadap produk industri alat kesehatan, alsintan, farmasi, permesinan, elektronika dan telematika, logam, kelistrikan, kimia, pupuk, otomotif dan komponennya, keramik, semen, tekstil, dan produk IKM.
Fasilitasi sertifikasi TKDN pada tahun 2022 juga akan diberikan sekurang-kurangnya untuk 1.250 sertifikat produk.