Pendapatan AstraZeneca Tembus Rp 529 T!

Pendapatan AstraZeneca Tembus Rp 529 T!

Iffa Naila Safira Widyawati - detikFinance
Jumat, 11 Feb 2022 17:20 WIB
MACCLESFIELD, CAMBRIDGESHIRE - MAY 07: A general view of buildings and signage at the Macclesfield Campus of pharmaceutical company AstraZenica on May 7, 2014 in Macclesfield, United Kingdom. The proposed takeover by American pharmaceutical giant Pfizer of its British rival AstraZeneca has led to the UK Business Secretary Vince Cable addressing Parliament to affirm the governments commitment to securing British science jobs. (Photo by Christopher Furlong/Getty Images)
Foto: Getty Images/Christopher Furlong
Jakarta -

AstraZeneca melaporkan rekor pendapatan kuartalannya termasuk dari vaksin COVID-19 US$ 1,8 miliar atau Rp 25,7 triliun (kurs Rp 14.300). AstraZeneca juga mengantongi penjualan US$ 39 miliar atau Rp 557,7 triliun yang bersumber dari Alexion, perusahaan yang diakuisisi beberapa waktu lalu.

Pada 2021, AstraZeneca melaporkan total pendapatan sebesar US$ 37 miliar atau Rp 529,1 triliun. Total tersebut naik 38% secara tahunan.

Saham AstraZeneca naik 4% setelah perusahaan menyebut total pendapatan naik 63% secara tahunan menjadi US$ 12 miliar pada kuartal IV-2021. Capaian itu lebih tinggi dari perkiraan sebesar US$ 11 miliar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Obat kanker, agrisso dan Lynparza, serta Soliris untuk penyakit langka menyumbang US$ 1 miliar pada periode tersebut. Laba per saham juga naik 74% menjadi US$ 1,67, di atas perkiraan analis dengan rata-rata 73 sen. AstraZeneca juga meningkatkan dividen untuk pertama kali dalam satu dekade pada 2021 sebesar US$ 2,87.

Chief Executive AstraZeneca, Pascal Soriot mengatakan perusahaan memiliki produktivitas penelitian dan pengembangan terdepan. AstraZeneca membukukan penjualan pertama vaksin COVID-19 dengan kontrak bersama Amerika Latin dan Timur Tengah, namun tak dirinci berapa yang didapatkan.

ADVERTISEMENT

AstraZeneca memperkirakan penjualan produk terkait COVID-19, yang juga mencakup perawatan antibodi untuk orang yang tidak dapat divaksinasi akan turun tahun ini.

Executive Vice President AstraZeneca, Iskra Reic mengatakan dia 'nyaman' selama masih ada permintaan untuk vaksin.

Profesor Oxford, Sir John Bell yang terlibat dalam pengembangan vaksin menuduh politisi dan ilmuwan merusak reputasi vaksin AstraZeneca dan berpotensi merenggut ratusan ribu nyawa.

Tetapi ketika diminta pernyataan terkait tuduhan Sir John Bell, Soriot mengatakan dia tidak menyesal.

"Sangat sulit untuk menyesali apa pun ketika Anda telah mengirimkan 2,6 miliar dosis vaksin dan Anda telah menyelamatkan 1 juta nyawa di seluruh dunia," kata Soriot.

Berlanjut ke halaman berikutnya.

Vaksin AstraZeneca menjadi berita terpopuler karena efek sampingnya yang langka. Meski ada kekhawatiran tentang perbedaan data dan keterlambatan produksi.

Soriot juga mengatakan, banyak orang telah berfokus pada tantangan yang akan dihadapi di beberapa belahan dunia, yaitu pertumbuhan varian baru sehingga banyak yang membutuhkan vaksin.

"AS dan Eropa mewakili sekitar 10% dari populasi dunia. Ada banyak orang, yang tinggal di banyak negara, yang membutuhkan vaksin, dan sangat terbantu dengan vaksin ini," katanya.

AstraZeneca telah memperkirakan peningkatan pendapatan yang tinggi pada 2022 tanpa mengacu pada pergerakan nilai tukar. Persentase kenaikan ini diperkirakan terjadi pada pendapatan per saham di kisaran 20%.

Hal ini membuat AstraZeneca bisa mengantongi pendapatan US$ 40 miliar atau Rp 573,7 triliun lebih cepat.

Hampir 10 tahun, Soriot menduduki posisi puncak di AstraZeneca. Selama itu, Ia berfokus pada inovasi dan investasi dalam R&D.

Perusahaan juga sekarang memiliki 13 blockbuster yang menghasilkan pendapatan lebih dari US$ 1 miliar atau Rp 14,2 triliun per tahun. Sebanyak lima di antaranya memiliki penjualan bernilai miliaran dolar.

Pada 2021, AstraZeneca memiliki 22 persetujuan dan otorisasi peraturan, dan 14 hasil uji coba tahap akhir yang positif untuk sembilan obat. Pada tahun yang sama juga AstraZeneca melaporkan total pendapatan sebesar US$ 37 miliar atau Rp 529,1 triliun. Total tersebut naik 38% secara tahunan.

Pendapatan tersebut juga termasuk US$ 4 miliar atau Rp 57 triliun dari vaksin COVID-19 yang dikembangkan lagi dalam kemitraan bersama universitas Oxford. AstraZeneca mengalami pertumbuhan dua digit di semua wilayah utamanya, meskipun ada tekanan pada harga di China.

AstraZeneca menutup kesepakatan untuk membeli Alexion pada Juli 2021. Akuisisi tersebut membawa perusahaan terjun ke obat untuk penyakit langka. Perawatan penyakit langka juga menyumbang pendapatan sebesar 8% pada tahun 2021.


Hide Ads