Sekretaris Jenderal Gabungan Perusahaan Alat-alat Kesehatan dan Laboratorium (Gakeslab) Randy Teguh, pernah menjelaskan salah satu komponen terbesar pembentuk harga tes PCR adalah reagen. Reagen merupakan cairan yang digunakan untuk mengetahui hasil tes PCR.
Harga reagen sendiri bermacam-macam. Harga yang murah bisa dibanderol Rp 120 ribu. Ada juga yang tembus Rp 500 ribu. Harga reagen, kata dia bisa dilihat dalam e-katalog LKPP.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sebenarnya, kalau untuk melihat harga reagen PCR dari kami, sebenarnya sangat transparan, bisa cek di e-katalognya LKPP. Dari situ ada reagen-reagen PCR COVID-19 harganya berapa, itu jelas. Rata-rata itu ada dari mulai Rp 120 ribu sampai ada bahkan Rp 364 ribu, Rp 325 ribu, bahkan ada juga yang Rp 500 ribu, tergantung teknologinya," katanya kepada detikcom pada Rabu (27/10/2021) lalu.
Porsi dari reagen sendiri cukup banyak digunakan sekitar 50%-60%. Artinya lebih besar dari komponen lainnya. Hal itu mengacu data dari BPKP pada Oktober-November 2020 lalu.
"Kalau lihat dari data Oktober-November itu komponen alat lab-nya reagen dan juga habis pakai, APD, masker, sarung tangan itu komponennya itu besarnya dari harga sekitar 50-60%," katanya.
Sementara komponen lainnya yang juga mempengaruhi harga ialah mesin, swab stick, APD, gaji dokter dan perawat, serta biaya-biaya lain, seperti air, listrik, dan tentunya keuntungan perusahaan.
Meski ada harga reagen terendah yang diketahui asalnya dari China, tetapi ada juga reagen yang mahal dan berasal dari Eropa. Reagen yang mahal inilah yang diperkirakan merugikan pengusaha rumah sakit jika harga tes PCR dipatok Rp 275.000.
Untuk reagen dari Eropa harganya relatif lebih mahal di kisaran Rp 300 ribu-Rp 400 ribu. Bahkan ada yang Rp 500 ribu. Jadi, secara hitung-hitungan bisnis dengan harga reagen yang tinggi maka akan rugi jika biaya tes PCR dipatok Rp 275 ribu.
Apalagi, selain reagen mesti ada biaya yang dikeluarkan untuk tes PCR seperti gaji perawat dan dokter hingga listrik dan air.
(toy/dna)