Luhut juga mengingatkan, dukungan pemerintah sangat penting untuk menggenjot teknologi rendah karbon ke depannya. Dukungan itu untuk terkait perizinan dan hubungan mitra di seluruh dunia.
"Dukungan pemerintah sangat penting untuk meningkatkan penerapan teknologi rendah karbon dengan memperbarui izin dan menghubungkan dengan mitra strategis potensial di seluruh dunia," lanjutnya.
"Selamat untuk Anda berdua dan sekali lagi, saya ingin melihat penerapan ini dan studi yang sangat cepat dari langkah ini yang sangat besar dan memahami bahwa ini harus dilakukan selama beberapa waktu," tutupnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagai informasi, PT Pertamina (Persero) dengan anak usaha Chevron Corporations, Chevron New Ventures Pte. Ltd telah menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) untuk menjajaki potensi peluang bisnis rendah karbon di Indonesia.
Chevron dan Pertamina berencana untuk mempertimbangkan teknologi panas bumi baru (novel geothermal), penyeimbangan karbon (carbon offsets) melalui solusi berbasis alam, penangkapan, pemanfaatan dan penyimpanan karbon (carbon capture, utilization, dan storage) (CCUS), serta pengembangan, produksi, penyimpanan, dan transportasi hidrogen dengan rendah karbon (lower carbon hydrogen).
Penandatanganan MoU dilakukan oleh Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Nicke Widyawati dan Executive Vice President Business Development Chevron, Jay Pryor. Agenda itu dilaksanakan di Washington, DC, waktu setempat. Selain Luhut, hadir juga Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia.
(ara/ara)