Dengan demikian beban TBS petani sesungguhnya jika dengan beban saat ini (full beban) adalah Rp2.340/kg TBS. Ini menggambarkan betapa beratnya beban TBS Petani sawit saat ini, yaitu 52% dari harga sesungguhnya (Rp4.500/kg jika tanpa beban).
"Jadi semuanya tergantung Presiden Jokowi, jika ingin membantu petani sawit mendapatkan haknya, maka opsi kedua adalah pilihan (beban hanya PE dan BK) maka harga TBS Petani akan terdongkrak menjadi Rp 3.400/kg. Namun jika tetap menggunakan opsi full beban, maka harga TBS Petani Rp.2.165/kg (seperti saat ini). Tentu ini beban yang luar biasa yang harus kami gendong sebagai petani kecil dengan keringat dan tulang kering kami sendiri," papar Gulat.
Gulat menambahkan saat ini semua serba salah, pabrik kelapa sawit (PKS) sudah sangat terancam karena di satu sisi, PKS didesak oleh Petani untuk membeli TBS mereka disatu sisi tangki timbun penuh, demikian juga dengan Refinary terkendala di kecepatan ekspor karena banyaknya rintangan yang harus dilalui.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Oleh karena itu, lambatnya ekspor dari refineri mengakibatkan serapan CPO dari PKS menjadi lambat bahkan terhenti. Terhentinya atau lambatnya ekspor akan sangat berpengaruh kepada serapan TBS petani di PKS-PKS.
"Jadi secara sederhana dikatakan bahwa anjloknya harga TBS Petani diakibatkan oleh dua hal yaitu beban CPO dan Lambatnya ekspor CPO dan turunannya. Jadi kalau ada Menteri yang mengatakan bahwa harga CPO memang lagi turun penyebab anjloknya harga TBS, itu salah," tutur Gulat.
(hns/hns)