Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mendorong produksi kendaraan bermotor listrik berbasis baterai digenjot. Hal ini dilakukan untuk mewujudkan target net zero emission atau nol emisi karbon yang ditetapkan pemerintah.
Hal tersebut diungkapkannya saat menghadiri peluncuran produksi perdana Wuling Air EV di PT. SAIC General Motors Wuling (SGMW) Motor Indonesia Cikarang, Jawa Barat, Senin (8/8).
"Tentu dengan peluncuran ini diharapkan masyarakat Indonesia bisa menggunakan kendaraan baterai atau Electric Vehicle (EV) yang harganya affordable. Dengan adanya mobil EV ini diharapkan dapat menciptakan net zero emission dan dengan semakin banyak kota-kota yang menggunakan EV, tingkat pencemaran lingkungannya semakin menurun," katanya dalam keterangan tertulis, Senin (8/8/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia mengatakan permintaan EV secara global diprediksi akan terus mengalami peningkatan hingga 55 juta unit EV di tahun 2040. Untuk menangkap potensi tersebut, Pemerintah Indonesia sudah menyiapkan regulasi berupa Perpres Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBL-BB)/BEV.
Perpres tersebut mengatur tentang transportasi jalan serta mempercepat pembangunan infrastruktur energi baru terbarukan dan pengembangan ekosistem industri KBL-BB melalui Peta Jalan Industri Otomotif Nasional dan Peta Jalan Pengembangan Industri KBL-BB.
Ia menerangkan Pemerintah Indonesia menyambut era mobil listrik dengan optimistis. Pasalnya Purchasing Manager Index (PMI) Manufaktur Indonesia kembali mengalami ekspansi ke level 51,3 pada Juli 2022 atau meneruskan tren ekspansif 11 bulan berturut-turut. Survei Kegiatan Dunia Usaha yang dilakukan oleh Bank Indonesia juga menunjukkan bahwa sektor Industri Pengolahan pada Q3-2022 diperkirakan masih akan mampu meneruskan pertumbuhan kembali.
"Saya berharap PT SGMW yang baru sekitar 7 tahun berdiri di Indonesia, bisa menjadi leading EV producer di seluruh Indonesia. Dengan investasi sebesar US$ 1 miliar, 10.000 karyawan dan luas area sebesar 60 hektar, ini juga menjadi salah satu basis ekspor otomotif Indonesia," ujarnya.
Ia meyakini dengan menggenjot industri mobil listrik maka bisa berdampak positif terhadap perekonomian Indonesia jangka panjang. Hal tersebut didasari karena pertumbuhan ekonomi yang Q2-2022 mencapai 5,44%% (yoy) salah satunya ditopang oleh sektor industri pengolahan non-migas yang tumbuh 4,33% (yoy) dengan kontribusi terhadap PDB 16,01%. Secara keseluruhan, industri pengolahan tumbuh sebesar 4,01% (yoy) dengan kontribusi terhadap PDB sebesar 17,84%.
"Industri alat angkutan merupakan salah satu industri yang tumbuh cepat dan hingga Q2-2022 industri alat angkutan mampu meneruskan tren pemulihan dan tumbuh 7,35% dengan share terhadap PDB yaitu 1,36%," tutup Airlangga.
(akd/hns)