Dunia menghadapi perubahan iklim yang semakin menantang. Terbaru gelombang panas menghantam beberapa negara di dunia, termasuk tiga poros ekonomi dunia seperti China.
Dikutip dari CNN, Kamis (19/8/2022), gelombang panas ekstrem melanda Amerika Serikat (AS), Eropa, dan China. Hal ini menambah masalah di sektor ekonomi saat pertumbuhannya sudah melambat tajam.
Di Sichuan, China semua pabrik telah diperintahkan tutup selama enam hari demi menghemat listrik. Kapal-kapal yang membawa batu bara dan bahan kimia terus berjuang melakukan perjalanan di sepanjang Sungai Rhine Jerman. Sementara itu, orang-orang yang tinggal di Pantai Barat AS telah diminta untuk menghemat listrik akibat suhu yang terlampau panas.
Efek buruk yang ditimbulkan tergantung pada berapa lama gelombang panas dan kurangnya hujan berlangsung. Di Jerman para ahli memperingatkan dan meminta perusahaan bersiap untuk skenario yang terburuk.
Cuaca ekstrem dapat menghambat perekonomian global. Gelombang panas dapat membuat sungai mengering dan menghambat laju distribusi.
Bukan hanya Sungai Rhein, di seluruh dunia sungai yang mendukung pertumbuhan global, seperti Yangtze, Danube, dan Colorado mulai mengering. Hal ini berdampak pada pergerakan barang, mengacaukan sistem irigasi, dan mempersulit pembangkit listrik dan berhenti menjaga pabrik untuk tetap dingin.
Panas yang sangat terik juga menghambat jaringan transportasi, membebani pasokan listrik, dan mengganggu produktivitas pekerja.
"Kita seharusnya tidak terkejut dengan peristiwa gelombang panas," kata Bob Ward, direktur kebijakan dan komunikasi di Grantham Research Institute on Climate Change and the Environment London School of Economics.
Berlanjut ke halaman berikutnya.
Simak Video: Seputar Virus Baru Langya yang Muncul di China
(ara/ara)