Zulhas Sindir Banyak Pabrik Nike yang Hengkang dari RI ke Vietnam

Zulhas Sindir Banyak Pabrik Nike yang Hengkang dari RI ke Vietnam

Aulia Damayanti - detikFinance
Selasa, 13 Sep 2022 15:20 WIB
Eskpor Sepatu Nike Indonesia Made in Tangsel ke Belanda
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan. Foto: Aulia Damayanti
Jakarta -

Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan (Zulhas) menyinggung pabrik-pabrik sepatu Nike yang hengkang dari Indonesia ke Vietnam. Menurutnya salah satu penyebabnya terkait upah.

Hal itu disampaikan Zulhas dalam sambutannya saat acara seremoni pelepasan ekspor sepatu Nike buatan PT Pratama Abadi Industri. Dalam kesempatan itu, hadir juga Presiden Direktur Nike Indonesia, Joseph Warren.

"Dulu saya kemari, tapi katanya Nike-nya pindah ke Vietnam sebagian, saya nggak tau kenapa, karena di sini baru reformasi, persoalan tenaga kerja, upah naik terus tiap tahun. Sekarang Jakarta, Tangerang termasuk upah yang tinggi," katanya saat Pelepasan Ekspor Sepatu Nike PT Pratama Abadi Industri, Selasa (13/9/22).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Karena masalah itu, Zulhas menyebut kini Vietnam menjadi negara dengan ekspor sepatu Nike yang lebih besar dari Indonesia. Meski begitu, Zulhas percaya industri sepatu Indonesia masih akan tetap bisa berkembang.

"Kita masih urutan ke 6, alas kaki industri yang ekspor. Dengan share 3,88%, masih bisa dikembangkan," tuturnya.

ADVERTISEMENT

"Vietnam cepat sekali ambil keuntungan dari gonjang-ganjing upah buruh, Indonesia harus alami karena kita baru reformasi. Pelan-pelan mulai stabil, hari ini lebih baik dari 5 tahun lalu, 5 tahun lalu lebih baik dari 10 tahun lalu," tambahnya.

Untuk itu, Zulhas juga meminta ada tambahan pabrik sepatu Nike untuk meningkatkan produksi dan potensi ekspor. Salah satunya yang diminta untuk dibuatkan pabrik adalah wilayah Sumatera. "Perlu dipikir agar Sumatera ada 1 pabrik dan di Sumatera murah upahnya, UMR murah dibawah Rp 2 juta," tuturnya.

"Kalau bisa buka di Lampung, Lampung itu tempat kelahiran saya. Sumatera, Medan sama Lampung penduduknya kecil. Kalau di Lampung, kalau mau cari mitra saya carikan, kalau mau. Kalau nggak juga nggak apa-apa," candanya.

Menanggapi hal itu, Presiden Direktur Nike Indonesia, Joseph Warren mengatakan pihaknya telah mempertimbangkan untuk membangun lagi pabrik sepatu di Indonesia. Namun, dia mengatakan masih banyak yang harus dipertimbangkan untuk membangun pabrik.

"Pertanyaannya adalah dalam hal tenaga kerja yang tersedia, upah tenaga kerja, barang, infrastruktur, masih terdapat beberapa tantangan untuk mengatasi suatu kawasan infrastruktur, khususnya fasilitas pelabuhan. Tapi Nike sangat berkomitmen untuk Indonesia, 30% dari produksi kami ada di Indonesia. Dan kami (Nike Indonesia) yang memiliki pertumbuhan paling tinggi di jaringan Nike global," ungkapnya.

Warren juga menerangkan, tidak fokus pada satu tempat saja untuk membangun pabrik. Dia pun enggan untuk memberikan komentar mengenai permintaan Zulhas untuk membangun pabrik di Sumatera, salah satunya Lampung.

"Tergantung. Kami tidak akan membatasinya hanya pada satu tempat. Sumatera itu sebuah pulau, bukan hanya lampung. Jadi saya tidak akan memfokuskan komentar itu hanya pada Lampung. Saya pikir Indonesia tetap menjadi negara yang penting untuk kami, dan saya pikir kami akan terus mengembangkan bisnis kami di sini," tutupnya.

Baca di halaman berikutnya untuk mengetahui lebih lengkap pemberitaan hengkangnya pabrik sepatu Nike dari Indonesia.

Berkaitan dengan hengkangnya pabrik sepatu Nike dari Indonesia ke Vietnam, dalam pemberitaan detikcom ramai terjadi pada 2014 silam. Saat itu dikabarkan sebanyak 11 produsen sepatu di kawasan Jakarta dan Tangerang, Banten telah merelokasi pabriknya ke Vietnam sejak tahun 2013 lalu.

Penyebab hengkangnya pabrik karena banyak demo yang dilakukan para buruh pabrik. Sementara alasan para buruh demo mengenai tuntutan buruh dan demo sudah terjadi sejak 4 tahun lalu atau sekitar tahun 2010. Puncaknya, pada tahun 2013, demo buruh menuntut upah naik semakin menjadi-jadi di Jakarta dan Banten.

"Iya betul (hengkang). 2013 itu terjadi unjuk rasa. Yang mereka tidak suka itu unjuk rasa yang brutal-brutal, sebenarnya mereka tidak ingin meninggalkan Indonesia," kata Ketua Umum Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Eddy Widjanarko saat dihubungi detikFinance, Senin (17/3/2014).

Eddy menjelaskan, perusahaan-perusahaan yang berasal dari Korea Selatan dan Taiwan tersebut mampu untuk membayar upah yang dituntut buruh, asalkan keputusannya sesuai dengan sistem yang berlaku.



Simak Video "Video: 30 Tahun Berlalu, Makam Nike Ardilla Masih Diziarahi Penggemar"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads