PT HM Sampoerna Tbk membukukan pendapatan bersih sebesar Rp 83,4 triliun, naik 15% dari tahun sebelumnya. Angka ini menunjukkan kinerja positif perusahaan selama 9 bulan sejak awal 2022.
Di sisi lain, kondisi ini berkebalikan dengan perolehan laba bersihnya. Dibandingkan 2021, laba bersih HM Sampoerna turun 11,7%, dengan perolehan sebesar Rp 4,9 triliun. Secara signifikan, angka-angka tersebut masih lebih rendah dari periode pra pandemi.
Informasi ini dipaparkan langsung oleh President Director HM Sampoerna Vassilis Gkatzelis dalam Public Expose PT HM Sampoerna Tbk, melalui saluran teleconference, Selasa (01/11/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sejak 2020 profitabilitas kami sangat terdampak oleh kenaikan cukai dua digit dan melebarnya kesenjangan cukai. Ditambah lagi, dengan adanya penurunan daya beli yang mengakibatkan signifikan down trading pada konsumen," kata Gkatzelis.
Gkatzelis menyebut, ada tiga faktor utama yang mempengaruhi profitabilitas di industri hasil tembakau (IHT), antara lain yang pertama yaitu tarif cukai yang besarannya dua angka, jauh di atas inflasi. Kemudian yang kedua ialah melebarnya jarak tarif cukai antara golongan 1 dengan golongan 2 dan 3. Dan yang terakhir kemampuan atau daya beli konsumen.
Menurutnya, peningkatan jarak pajak cukai sedikit banyak memberikan pengaruh pada pendapatannya, termasuk juga memberi sumbangsih bagi inflasi RI. Di mana, jarak cukai golongan 1 40% lebih tinggi dari golongan 2.
Pangsa pasar dan volume penjualan produk golongan 1 pun mengalami penurunan signifikan sejak tahun 2019. Kondisi ini berbanding terbalik dengan meningkatnya pangsa pasar untuk golongan 2 dan 3, dari 20% di tahun 2019 menjadi 36% pada kuartal III 2022.
"Hal ini secara tidak proporsional berdampak pada produsen volume golongan 1 dan memicu adanya down trading. Kami berharap kebijakan fiskal mendukung jarak cukai yang berkelanjutan serta memenuhi pemulihan ekonomi, kesehatan masyarakat, ketenagakerjaan, serta target penerimaan negara," katanya.
Kondisi ini akhirnya berimbas pada profitabilitas industri khususnya di golongan I, termasuk HM Sampoerna sendiri yang terkena dampak langsung pada kinerja keuangan perusahaan, di mana laba bersih terus mengalami penurunan selama 3 tahun terakhir.
Bersambung ke halaman selanjutnya.
Dalam menghadapi kondisi ini, Gkatzelis mengatakan, pihaknya terus berupaya menciptakan long term value untuk semua pemangku kepentingan. Dari sinilah, topline Sampoerna tetap terlihat kuat dan pemulihan dari tahun ke tahun mulai terlihat.
"Dari segi perbandingan dari kuartal per kuartal, kita sudah melihat perbaikan. Dari sini kita sudah melihat bahwa dengan adanya sustainable excise taxes, jarak tarif cukai itu dapat dijaga. Kemudian juga bisa membantu pemerintah dalam mencapai tujuan dalam pemulihan ekonomi, kesehatan masyarakat, ketenagakerjaan dan pemasukan negara," jelasnya.
HM Sampoerna pun melaporkan pemulihan volume penjualan, pangsa pasar, dan pendapatan bersih secara bertahap di setiap kuartal di 2022. Dalam pendapatan bersih, pada kuartal I 2022 besarannya mencapai Rp 26,2 triliun, kuartal II 2022 naik menjadi Rp 27,3 triliun, dan di kuartal III perseroan mampu memperoleh Rp 29,9 triliun. Total pendapatan bersih dalam 9 bulan pun mencapaiRp 83,4 triliun.
Kondisi ini juga didukung dengan peningkatan volume penjualan produk, yang juga diiringi dengan kenaikan harga rokok sekitar 8% hingga bulan September. Portofolio produk pun turut menunjang peningkatan volume, melalui kelompok merek Sampoerna A, Dji Sam Soe, dan Marlboro.
"Peningkatan volume yang didukung dengan kekuatan produk-produk kami. Kami menjual 65,6 miliar batang pada 9 bulan pertama, atau sebesar 7,9% dibanding tahun sebelumnya," kata Gkatzelis.
Sementara untuk market share, Gkatzelis menyampaikan,
pada kuartal III 2022 mencapai 28,2%. Persentase ini merupakan yang tertinggi dalam 6 tahun terakhir, dan naik 0,2 poin dibanding tahun sebelumnya.
"Sementara untuk periode 9 bulan ini, dengan adanya tekanan pasar sejak tahun 2019, kami berhasil menstabilkan pangsa pasar kami 28%," tambahnya.
Gkatzelis menyampaikan, pihaknya juga terus memperkuat jaringan penjualan di seluruh Indonesia, termasuk meningkatkan akses digitalisasi melalui ekosistem Sampoerna Retail Community (SRC) yang mencakup sekitar 200 ribu peritel tradisional yang tersebar di seluruh Indonesia.
(dna/dna)