Pengusaha Depot Isi Ulang Ketar-ketir Aturan Label BPA di Galon Isi Ulang

ADVERTISEMENT

Pengusaha Depot Isi Ulang Ketar-ketir Aturan Label BPA di Galon Isi Ulang

Dana Aditiasari - detikFinance
Minggu, 20 Nov 2022 21:00 WIB
Sejumlah penghuni apartemen di kawasan Pluit, Jakarta Utara, menggunakan air galon isi ulang untuk mandi. Hal tersebut karena air dari apartemen kurang baik.
Foto: Rifkianto Nugroho
Jakarta -

Para pengusaha depot air minum isi ulang yang tergabung dalam Perkumpulan Dunia Air Minum Indonesia (Perdamindo) dan Asosiasi di Bidang Pengawasan dan Perlindungan terhadap Para Pengusaha Depot Air Minum (Asdamindo) menegaskan wacana BPOM untuk melabeli "berpotensi mengandung BPA" pada galon guna ulang jelas-jelas akan mematikan usaha mereka.

Hal itu disebabkan, para pengusaha depot air minum isi ulang ini sangat mengandalkan galon guna ulang milik perusahaan AMDK sebagai wadah untuk mengisi air minum yang dibeli masyarakat.

"Usaha kami jelas-jelas akan mati dengan regulasi pelabelan BPA ini. Kami berharap, pemerintah tidak membuat regulasi yang sangat menyusahkan usaha kami," ujar Ketua Umum Perdamindo, Susanto Anwar.

Dia mengutarakan bahwa saat ini pengusaha depot air minum di Indonesia telah mencapai 200 ribu pengusaha.

"Ini jelas sangat merugikan kami para pengusaha depot air minum isi ulang. Usaha kita sekarang ini kan masih sangat tergantung pada keberadaan galon guna ulang ini. Karenanya, ketika kebijakan BPOM itu benar-benar dikeluarkan nanti, kami meminta pemerintah harus bisa untuk menyiapkan penggantinya agar masyarakat tetap bisa membeli air dari kami. Karena, BPOM itu kan nggak bisa mencetak galon," ucapnya.

Di tempat terpisah, Wasekjen Perdamindo, Yoga Maulana, mengatakan rencana kebijakan BPOM untuk melakukan pelabelan BPA terhadap galon guna ulang ini hanya imbas dari persaingan usaha yang terjadi di industri AMDK antara galon guna ulang dan galon sekali pakai.

"Jadi, janganlah karena ada persaingan bisnis perusahaan AMDK itu, kita yang menerima dampaknya. Apalagi kami juga telah mengalami penurunan penjualan yang diakibatkan pandemi COVID-19 yang kita juga masih belum tahu kapan berakhirnya," tuturnya.

Bersambung ke halaman selanjutnya.

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT