Polemik pelabelan BPA di galon air minum guna ulang masih bergulir. Sejumlah studi menunjukkan potensi bahaya migrasi senyawa BPA dari galon guna ulang yang membahayakan kesehatan masyarakat.
Ada sekitar 130 studi yang melaporkan efek berbahaya dari BPA, antara lain menyebabkan kanker payudara, pubertas dini, penyakit jantung, infertilitas, katalisator penyakit saraf, dan obesitas. Hal itu membuat sejumlah negara melarang penggunaan plastic BPA.
"Jepang sudah meninggalkan plastik BPA dan beralih 100% ke plastik PET untuk kebutuhan kemasan di negeri itu," kata pengajar dan peneliti Fakultas Teknik Universitas Indonesia Prof. Mochamad Chalid seperti dikutip dalam keterangan tertulis, Selasa (4/10/2022).
Chalid menambahkan industri air minum di Jepang menggunakan plastik berbahan Polyethylene Terephthalate (PET). Plastik jenis itu dinilai relatif aman untuk kemasan makanan dan botol minuman.
"Tidak ditemukan pelepasan senyawa antimon berbahaya dalam kemasan plastik PET. Di sisi lain, juga belum ditemukan adanya indikasi munculnya endokrin disruptor (senyawa yang bisa mengganggu sistem hormon tubuh, seperti yang terkandung dalam plastik BPA) dalam penggunaan plastik PET," papar Chalid.
Terkait migrasi senyawa BPA dari galon guna ulang, sepanjang tahun 2021-2022 survei lapangan BPOM menemukan migrasi BPA pada AMDK galon guna ulang di enam daerah seperti Jakarta, Bandung, Manado, Banda Aceh, Aceh Tenggara dan Medan. Migrasi BPA ditemukan pada tingkat berbahaya untuk dikonsumsi terus menerus, karena sudah melampaui ambang batas 0,60 bpj.
"Pada uji sampel post-market yang dilakukan pada 2021-2022 dengan sampel yang diperoleh dari seluruh Indonesia menunjukkan kecenderungan yang mengkhawatirkan," sebut Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan BPOM Rita Endang.
Rita menerangkan survei lapangan BPOM dilakukan di sarana produksi maupun peredaran air minum dalam kemasan (AMDK) galon BPA. Hasil survei lapangan itu menemukan 3,4% sampel di sarana peredaran tidak memenuhi syarat batas maksimal migrasi BPA, yakni 0,6 bpj.
Kemudian ada 46,97% sampel di sarana peredaran dan 30,91% sampel di sarana produksi yang dikategorikan 'mengkhawatirkan', atau migrasi BPA-nya berada di kisaran 0,05 bpj sampai 0,6 bpj. Ditemukan pula 5 persen di sarana produksi (galon baru) dan 8,67 persen di sarana peredaran yang dikategorikan 'berisiko terhadap kesehatan' karena migrasi BPA-nya berada di atas 0,01 bpj.
Bersambung ke halaman selanjutnya. Langsung klik