Dihantam Pandemi dan Dampak Perang, Gimana Pasokan Pupuk RI?

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Jumat, 14 Apr 2023 11:42 WIB
Foto: Pupuk Kaltim
Jakarta -

Pandemi COVID-19 dan perang Rusia-Ukraina memberikan dampak yang besar terhadap rantai pasok berbagai komoditas, termasuk pupuk. Hal itu terjadi karena banyak pabrik dan jalur distribusi yang terganggu.

Namun begitu, Direktur Utama PT Pupuk Kalimantan Timur (Pupuk Kaltim) Rahmad Pribadi memastikan pasokan pupuk di dalam negeri dalam kondisi aman.

Rahmad menjelaskan, rantai pasok global sebetulnya mengalami masalah terutama sejak pandemi COVID-19 pada 2020 lalu. Saat itu, banyak pabrik dan pelabuhan tutup. Kemudian, persoalan ditambah dengan adanya perang yang memberikan dampak pada harga gas dan jalur distribusi.

"Kemudian di tahun 2022 ada perang Ukraina yang berdampak pada langsung dua hal, satu harga gas, yang kedua jalur distribusi dari penghasil pupuk yang terbesar yaitu Belarusia ke port yang di atas, karena melewati satu negara ditutup, sehingga ada disrupsi di situ. Disrupsi itu mengakibatkan volatilitas harga yang cukup signifikan," katanya kepada Tim Blak-blakan detikcom seperti ditulis Jumat (14/4/2023).

Sejak perang meletus, harga pupuk mengalami kenaikan yang cukup tajam. Namun, ia membeberkan fakta yang mengejutkan di mana dampak pandemi lebih besar dibanding perang terhadap harga pupuk.

Seiring meredanya pandemi COVID, Rahmad menuturkan, harga pupuk pun mulai turun.

"Tapi yang cukup mengejutkan sebetulnya, kita belakangan baru sadar bahwa ternyata dampak pandemi COVID pada harga pupuk itu jauh lebih signifikan dibandingkan perang, karena perang cukup regional, pandemi itu global. Jadi sekarang begitu pandemi itu selesai, harga itu turun," jelasnya.

Rahmad memastikan, pasokan pupuk dalam kondisi aman. Tambahnya, pupuk merupakan komoditas yang dikecualikan dari sanksi perang.

"Saya rasa pasokan aman, meskipun perang Ukraina-Rusia komoditas fertilizer itu dikecualikan. Jadi tidak kena sanksi, jadi tetap barang-barang dari Rusia boleh keluar, hanya tadi yang saya cerita Belarusia dan Rusia itu penghasil potas kalau dikombinasi berdua itu 40-an persen from global supply. Jadi untuk potas sempat terjadi shortage, tapi sekarang sudah balik normal," paparnya.




(acd/eds)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork