"Sedangkan untuk nikel, kobalt sulfat itu diharapakan full kapasitas nantinya akan mencapai 240 ribu ton nikel sulfat dan kobalt sulfat," sambungnya.
Head of Technical Support PT Halmahera Persada Lygend, Rico W Albert menilai, kebijakan pemerintah untuk menjadikan Indonesia sebagai pemain baterai kendaraan listrik merupakan hal yang realistis dan rasional. Dia mengatakan, jika bicara baterai kendaraan listrik, maka tidak lepas dari komoditas nikel.
Di sisi lain, Indonesia memiliki cadangan nikel yang sangat besar. Mengutip Booklet Tambang Nikel 2020 Kementerian ESDM, Indonesia merupakan negara dengan cadangan nikel terbesar di dunia. Indonesia memiliki cadangan nikel sebanyak 72 juta ton atau 52% dari cadangan nikel dunia yang sebesar 139,4 juta ton.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sumber daya nikel di Indonesia sangat besar, ditambah lagi program pemerintah hilirisasi di mana ada pembangunan pabrik-pabrik smelter yang banyak dan besar yang sangat mendukung ke arah pembangunan untuk baterai listrik ke depannya," katanya.
Dalam rantai produksi baterai kendaraan listrik, nikel sulfat dan kobalt sulfat berada di tengah-tengah. Dia menjelaskan, adapun tahapan produksi baterai kendaraan listrik yakni dimulai dari ore nikel (limonit) diolah menjadi MHP. Kemudian, MHP diolah menjadi nikel sulfat dan kobalt sulfat.
"Rantai produksi berikutnya akan menjadi prekursor, kemudian elektroplating katoda, baru ke baterai listrik. Jadi saat ini kita masih beberapa rantai ke depan untuk sampai ke baterai listrik," ungkapnya.
Rico mengatakan, adapun kapasitas produksi MHP mencapai 365 ribu ton per tahun. Kemudian, MHP diolah menjadi nikel sulfat dengan kapasitas produksi 240 ribu ton per tahun dan kobalt sulfat 30 ribu ton per tahun.
![]() |
Saat ini, pihaknya memproduksi nikel sulfat sebesar 160 ribu ton per tahun. Nantinya, produksi akan dinaikan lagi sehingga menjadi 240 ribu ton per tahun. Kobalt sulfat juga sedang dalam tahap produksi mengacu dengan spesifikasi yang direncanakan. Dia mengatakan, dalam waktu dekat akan melakukan ekspor kobalt sulfat.
"Dalam beberapa hari ke depan, atau beberapa minggu ke depan kita sudah mulai ekspor perdana kobalt sulfat. Kapasitas pabrik sendiri saat ini 30 kiloton (30.000 ton) per tahun," katanya.
Diproduksinya nikel sulfat dan kobalt sulfat memiliki makna tersendiri bagi Indonesia yang ingin menjadi pemain baterai kendaraan listrik dunia. Sebab, itu berarti membuat posisi Indonesia semakin dekat.
Produksi nikel sulfat dan kobalt sulfat merupakan yang pertama di Indonesia. Khusus nikel sulfat, bahkan pabriknya merupakan yang terbesar di dunia.
"Harita merupakan produsen MHP pertama di Indonesia dan juga pertama memproduksi nikel sulfat dan kobalt sulfat," ungkapnya.
(acd/rrd)