Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengingatkan calon penggantinya agar tidak mengekspor bahan mentah dan melanjutkan program hilirisasi. Jokowi bahkan mengungkapkan hal tersebut sebanyak dua kali.
Awalnya mantan Gubernur DKI Jakarta ini bercerita kegagalan Indonesia mengoptimalkan potensi pendapatan dari sumber daya alam di tahun 1970-1980. Ia berharap sejarah tersebut tidak terulang lagi.
"Tahun 80-an saya ingat kita pernah booming kayu, hutan banyak yang dibabat, tapi kita juga tidak mendapatkan nilai tambah dari sana. Oleh sebab itu, sekali lagi sejarah lama itu justru tidak boleh terulang lagi. Jadi jangan ekspor bahan mentah," katanya dalam Peresmian Pembukaan Rakernas GAMKI, disiarkan di YouTube Sekretariat Presiden, Sabtu (19/8/2023).
Secara spesifik, Jokowi lalu meminta pemimpin selanjutnya tidak mengekspor bahan mentah. Ia meminta masyarakat agar mengingatkan hal tersebut.
"Nanti tolong diingatkan pemimpin yang akan datang jangan ekspor bahan mentah, rakyat harus berani ingatkan soal itu," imbuhnya.
Jokowi menilai Indonesia tidak akan jadi negara maju jika terus menerus mengekspor bahan mentah. Oleh karena itu, pemimpin ke depannya harus berani melanjutkan hilirisasi meski ditekan organisasi internasional seperti WTO dan IMF.
"Kalau hanya ekspor barang mentah saja, sampai kapan pun negara ini tidak akan jadi negara maju. Jadi kita harus berani, pemimpin ke depan harus berani melanjutkan itu. Meskipun risikonya digugat di WTO, ditekan IMF, mungkin ada negara lain neken lagi, jangan mundur. Jangan kemudian tidak berani melanjutkan," tegasnya.
Jokowi juga menyinggung soal peluang Indonesia lepas dari negara berkembang dan jadi negara maju. Peluang tersebut terbuka lebar dalam 13 tahun mendatang.
Di masa krusial itu, masyarakat harus selektif dalam memilih sosok pemimpin di tahun 2024, 2029 dan 2034. "Hari-hari kepemimpinan 2024, 2029, 2034 sangat menentukan sekali," pungkasnya.
(ily/hns)