Dalam laporan Aljazeera itu juga disebutkan, drone Heron TP 'Eitan' yakni kendaraan udara tak berawak (unmanned aerial vehicle/UAV) terbesar Israel mulai digunakan pada 2007. Drone tersebut diproduksi Israel Aerospace Industries (IAI) yakni perusahaan pelat merah Israel. Drone ini dapat terbang hingga 40 jam terus-menerus dan dapat membawa empat rudal Spike.
Eitan pertama kali digunakan selama 'Operation Cast Lead' dalam perang Gaza tahun 2008-2009 untuk menyerang warga sipil. Hal itu menurut organisasi non pemerintah Drone Wars UK.
Sementara, menurut Defense for Children International, dari 353 anak-anak yang terbunuh dan 860 terluka selama Operasi Cast Lead, 116 di antaranya meninggal akibat rudal yang diluncurkan oleh drone.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah perang, IAI menyaksikan lonjakan pesanan drone varian Heron dari setidaknya 10 negara antara 2008-2011. Selama periode ini, lebih dari 100 drone dibeli, disewakan, atau diakuisisi melalui skema usaha patungan.
India merupakan pembeli senjata terbesar mengoperasikan lebih dari 100 UAV buatan Israel. India membeli 34 drone Heron pada periode itu, diikuti oleh Prancis (24), Brasil (14) dan Australia (10) menurut laporan Drone Wars UK tahun 2014.
Para ahli menyebut, hal ini tidak berarti bahwa Israel mengobarkan perang untuk mengiklankan senjatanya. "Tidak ada seorang pun yang berperang hanya untuk memamerkan senjatanya," kata Lawrence Freedman, profesor emeritus studi perang di King's College London.
Namun pada saat yang sama, Antony Loewenstein yang merupakan jurnalis dan penulis The Palestine Laboratory mengatakan, dalam setiap perang senjata-senjata itu dipasarkan ke sejumlah negara.
"Dalam setiap perang melawan Gaza, serangkaian senjata dan teknologi pengawasan telah dikerahkan terhadap warga Palestina yang kemudian dipasarkan dan dijual ke sejumlah besar negara di seluruh dunia," kata Antony Loewenstein.
(acd/ara)