Indonesia memiliki bahan baku strategis bagi produksi baterai EV yang AS ingin dorong untuk berkembang di negaranya. Indonesia saat ini merupakan produsen nikel terbesar di dunia, di mana sekitar setengah dari pasokan nikel global saat ini berasal dari Indonesia.
Tidak hanya nikel, namun Indonesia kini juga merupakan produsen kobalt terbesar ke-2 di dunia. Dengan target penjualan mobil listrik 50% dari semua penjualan mobil di tahun 2030, maka diperkirakan kebutuhan nikel AS akan mencapai 200 ribu ton per tahunnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Angka sebesar itu akan sulit bahkan mungkin mustahil untuk dapat dipenuhi oleh AS tanpa ada kontribusi nikel dari Indonesia. Dengan kata lain, untuk mengembangkan ekosistem EV secara optimal, peran Indonesia menjadi hampir tidak tergantikan bagi AS.
Tidak hanya penting dari segi ekonomi, namun Indonesia juga memiliki nilai strategis bagi AS dari aspek geopolitik. AS saat ini aktif mendorong konstelasi kawasan Asia Pasifik agar tidak didominasi oleh satu negara tertentu saja.
Hal ini membutuhkan pendekatan proaktif dari AS, jika tidak maka konsentrasi pengaruh di kawasan dari satu negara tertentu akan terus terjadi. Hal ini juga sejalan dengan prinsip luar negeri Indonesia yakni bebas aktif dimana Indonesia berkomitmen untuk menjalin kemitraan positif dengan seluruh negara dan ingin menghindari dominasi oleh satu pihak tertentu saja.
Untuk itu, kerja sama yang lebih kuat antara Indonesia dan AS menjadi penting. IRA seakan menjadi pengingat bahwa kerja sama yang konkret dan saling menguntungkan antara Indonesia dan AS penting untuk mendorong terciptanya tatanan kawasan yang seimbang dan stabil.
Tidak hanya Indonesia yang berperan penting bagi AS, namun AS pun juga berperan penting bagi Indonesia. Peran penting AS ini di antaranya terlihat dari cita - cita pemerintah Indonesia untuk menjadi salah satu pusat penting dalam ekosistem baterai EV global.
Pasar domestik EV di Indonesia saat ini masih kecil dan tidak dapat menjadi daya tarik yang memadai bagi pemain global EV untuk masuk ke Indonesia. Sementara itu, AS saat ini merupakan pasar EV terbesar ke - 2 di dunia.
Pasar EV di AS juga diprediksi akan terus meningkat seiring dengan berbagai dukungan yang diberikan pemerintah termasuk insentif konsumen. Singkat kata, perkembangan ekosistem EV di Indonesia akan dipengaruhi oleh sejauh mana produk olahan mineral Indonesia mampu mengakses pasar EV Amerika Serikat.
Dengan adanya saling ketergantungan antara Indonesia dan AS, sudah sewajarnya jika kedua negara memulai perundingan critical minerals agreement untuk semakin mendorong kerja sama bilateral yang konkret. Hal ini juga dilakukan oleh AS dan Jepang yang sudah menandatangani limited trade agreement on critical minerals.
Lanjut ke halaman berikutnya