Namun ada kalanya pembangunan perlintasan kereta api tidak bisa menghindari dibuatnya terowongan. Hal tersebut sudah dapat diketahui saat dilakukan studi kelayakan.
"Jadi makanya di studi kelayakan sudah diidentifikasi ada misalnya nanti panjang tracknya berapa, ada berapa alternatif nih lintasannya, misalnya. Terus di lintasan alternatif satu ada berapa jembatan, terowongan. Itu di studi kelayakannya sudah ada," lanjutnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Struktur geografis juga diperhatikan betul sebelum memutuskan dibuatnya terowongan kereta api.
"Struktur tanahnya juga pengaruh loh. Kalau struktur tanah yang kuat misalnya kayak bebatuan gitu, dibor, nah itu kan juga pastinya lebih kita prefer ke terowongan," ujar Joice.
"Tapi kalau struktur tanahnya enggak kuat, kita harus cek dulu nih terowongan kita nih posisinya di mana, mana tanah kuatnya, mana yang kekuatannya lebih tinggi. Jadi sebenarnya itu ada pertimbangan-pertimbangannya," lanjutnya.
Kalau tanahnya tidak cukup kuat tentunya akan sangat membahayakan orang yang naik kereta ketika melintasi terowongan, seperti terjadi longsor pada terowongan.
"Iya bisa longsor, dari atas bisa longsor, dari sampingnya bisa longsor. Karena kalau terowongan itu akan terpengaruh oleh air ya. Kalau air dari atas, samping kanan kirinya tinggi pastinya konstruksi terowongannya juga perlu diperhitungkan," tambahnya. (dna/dna)