Dirintis Sejak 1985, Proyek MRT Jakarta Dimulai di Era Jokowi

Dirintis Sejak 1985, Proyek MRT Jakarta Dimulai di Era Jokowi

Eduardo Simorangkir - detikFinance
Sabtu, 17 Feb 2018 15:05 WIB
Dirintis Sejak 1985, Proyek MRT Jakarta Dimulai di Era Jokowi
Foto: Rengga Sancaya
Jakarta - Impian warga Jakarta untuk memiliki moda transportasi massal, mass rapid transit (MRT), bakal terealisasi. Progres pembangunan MRT Jakarta kini telah mencapai 91% dan tengah menunggu kedatangan kereta pertama yang akan tiba dari Jepang akhir Maret 2018.

Rencana pembangunan MRT Jakarta sesungguhnya sudah digagas sejak lama. Dikutip dari situs PT MRT Jakarta di jakartamrt.co.id, Sabtu (17/2/2018), pembangunan proyek ini sudah dikaji sejak tahun 1985.



SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ada lebih dari 25 studi subjek umum dan khusus yang telah dilakukan terkait dengan kemungkinan sistem MRT di Jakarta. Namun, krisis ekonomi dan politik 1997-1999 ditengarai menjadi salah satu penghadang proyek MRT terealisasi saat itu.

[Gambas:Video 20detik]


Bagaimana akhirnya proyek ini bisa terealisasi? Simak cerita lengkapnya berikut ini:
Dikutip dari situs PT MRT Jakarta, jakartamrt.co.id, rencana pembangunan MRT Jakarta sesungguhnya dirintis sejak 1985. Namun, saat itu proyek MRT belum dinyatakan sebagai proyek nasional. Pada 2005, proyek MRT Jakarta masuk proyek nasional. Berangkat dari kejelasan tersebut, maka Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mulai bergerak dan saling berbagi tanggung jawab. Pencarian dana disambut oleh Pemerintah Jepang yang bersedia memberikan pinjaman.

Seperti dikutip dari situs MRT Jakarta, pada 28 November 2006 penandatanganan persetujuan pembiayaan Proyek MRT Jakarta dilakukan oleh Gubernur Japan Bank for International Cooperation (JBIC) Kyosuke Shinozawa dan Duta Besar Indonesia untuk Jepang Yusuf Anwar. JBIC pun mendesain dan memberikan rekomendasi studi kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Telah disetujui pula kesepakatan antara JBIC dan Pemerintah Indonesia, untuk menunjuk satu badan menjadi satu pintu pengorganisasian penyelesaian proyek MRT ini.

JBIC kemudian merger dengan Japan International Cooperation Agency (JICA). JICA bertindak sebagai tim penilai dari JBIC selaku pemberi pinjaman. Dalam jadwal yang dibuat JICA dan MRT Jakarta, desain teknis dan pengadaan lahan dilakukan pada tahun 2008-2009, tender konstruksi dan tender peralatan elektrik serta mekanik pada tahun 2009-2010, sementara pekerjaan konstruksi dimulai pada tahun 2010-2014. Uji coba operasional rencananya dimulai pada tahun 2014. Namun, jadwal tersebut tidak terpenuhi.

Desain proyek yang sudah dilakukan mulai tahun 2008-2009 pun akhirnya dimulai konstruksinya pada Oktober 2013. Saat itu Joko Widodo (Jokowi) menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Groundbreaking dilakukan langsung oleh Jokowi dan menargetkan proyek itu rampung pada 2019.

Proyek MRT Jakarta akhirnya dimulai dengan pembangunan jalur MRT Fase I sepanjang 16 kilometer (km) dari Terminal Lebak Bulus hingga Bundaran Hotel Indonesia yang memiliki 13 stasiun dan 1 Depo.

Selama pengerjaan persiapan konstruksi fisik dilakukan, Jokowi menitipkan dua pesan kepada PT MRT Jakarta.

Pertama, PT MRT Jakarta harus terus menerus melakukan sosialisasi kemacetan lalu lintas setiap hari. Pasalnya, selama lima tahun masa pembangunan, warga Jakarta harus siap menghadapi kemacetan parah akibat pembangunan MRT Jakarta di 13 titik untuk 7 stasiun layang dan 6 bawah tanah.

Pembangunan jalur MRT Fase I pun menjadi awal sejarah pengembangan jaringan terpadu dari sistem MRT yang merupakan bagian dari sistem transportasi massal DKI Jakarta pada masa yang akan datang. Pengembangan selanjutnya bakal meneruskan jalur Sudirman atau Bundaran HI menuju Ancol (jalur Utara-Selatan) serta pengembangan jalur Timur-Barat.

Pelaksanaan pembangunan MRT melibatkan beberapa instansi, baik pada tingkatan Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, dan PT MRT Jakarta sendiri. Oleh karena itu, dokumen anggaran yang diperlukan juga melibatkan lembaga-lembaga tersebut dengan nama program dan kegiatan berbeda namun dengan satu keluaran yang sama, pembangunan MRT Jakarta.

Sebanyak 12 kereta MRT Jakarta atau dua set train direncanakan bakal tiba di Pelabuhan Tanjung Priok. Dua set rangkaian kereta tersebut akan satu persatu dibawa ke Depo Lebak Bulus sebagai lokasi penyimpanan kereta MRT Jakarta.

Nantinya bakal ada 16 set rangkaian kereta MRT Jakarta yang bakal sampai di Jakarta, di mana 14 di antaranya untuk dioperasikan dan sisanya sebagai cadangan.

Simulasi kedatangan kereta dengan berat hingga 35 ton per train tersebut pun digelar untuk mendapatkan gambaran sesungguhnya terhadap situasi ketika pengangkutan kereta dari Pelabuhan Tanjung Priuk ke Depo Lebak Bulus.

Dari hasil simulasi, terdapat tiga hal yang menjadi perhatian tim MRT Jakarta dalam proses pengangkutan kereta. Pertama, beberapa papan penunjuk arah di jalan tol yang letaknya lebih rendah dari tinggi kereta. Kedua, lebar pintu tol di beberapa titik, dan ketiga, pepohonan di sekitar kawasan Lebak Bulus.

Hide Ads