Pembangunan LRT Palembang Lebih Murah dari Malaysia dan Filipina

Pembangunan LRT Palembang Lebih Murah dari Malaysia dan Filipina

Hendra Kusuma - detikFinance
Kamis, 05 Jul 2018 18:25 WIB
Foto: Dok. Humas LRT Palembang
Jakarta - Proyek light rail transit (LRT) Palembang di Sumatera Selatan dianggap sebagai pemborosan uang negara karena nilai investasinya Rp 10,9 triliun dan menggunakan APBN murni.

Namun jika dibandingkan dengan pembangunan LRT di Malaysia dan Filipina, kereta ringan pertama di Sumatera Selatan ini ternyata lebih murah.

"Di Malaysia biaya untuk pembangunan LRT Kelana Jaya Line diketahui sebesar Rp 817 miliar/km sedangkan untuk biaya pembangunan LRT di Manila sebesar Rp 907 miliar/km," kata Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) LRT Sumsel Kementerian Perhubungan Suranto saat dihubungi detikFinance, Jakarta, Kamis (5/7/2018).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Nilai investasi LRT Palembang awalnya sebesar Rp 12,5 triliun dan turun menjadi Rp 10,9 triliun, dengan panjang kurang lebih 23 kilometer (km) maka biaya pembangunannya sekitar Rp 473,9 miliar/km.

Suranto menjelaskan, yang membuat LRT Palembang lebih murah karena jenis pekerjaan ini sangat bervariasi mulai dari pekerjaan konstruksi, stasiun, sarana, depo yang luas, penanganan tanah dengan karakteristik yang berbeda serta pekerjaan yang memerlukan penguasaan teknologi tinggi.

Secara keseluruhan LRT Palembang berupa konstruksi layang (elevated track) dengan dilengkapi third rail untuk power supply serta menggunakan teknologi slab track (tanpa ballast) pada jalur rel dan menggunakan system persinyalan fixed block.

Hal ini juga berbeda dengan LRT Jabodebek yang menggunakan U-shaped Girder, LRT Jakarta menggunakan Box Girder, sedangkan LRT Sumsel menggunakan I Girder. Lebar spoor LRT Sumsel adalah 1.067 mm sedangkan LRT Jabodebek dan LRT Jakarta lebar spoor-nya adalah 1.435 mm.


Menurut dia, perbedaan karakteristik jenis konstruksi di atas mengakibatkan adanya variasi biaya konstruksi masing-masing LRT. Namun biaya konstruksi ini diyakini telah sesuai dengan harga pasar. Dengan demikian, nilai investasi secara keseluruhan dalam pembangunan LRT Sumsel ini merupakan total biaya sarana dan prasarana LRT yang tidak dapat terpisahkan.

"Nilai investasi apabila dibagi panjang jalur kereta api tersebut dinilai masih cukup realistis dan telah dilakukan perbandingan dengan negara-negara di kawasan ASEAN," ungkap dia.

Dapat diketahui, pembangunan LRT Sumatera Selatan merupakan amanat dari Perpres Nomor 116 Tahun 2015 dan Perpres 55 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 116 Tahun 2015 tentang Percepatan Penyelenggaraan Kereta Api Ringan/Light Rail Transit di Provinsi Sumatera Selatan. (ara/ara)

Hide Ads