Bisnis MRT Jakarta: Andalkan Tarif hingga Ruang Ritel

Bisnis MRT Jakarta: Andalkan Tarif hingga Ruang Ritel

Eduardo Simorangkir - detikFinance
Jumat, 19 Okt 2018 07:32 WIB
Bisnis MRT Jakarta: Andalkan Tarif hingga Ruang Ritel
Foto: Agung Pambudhy

Konsep pembangunan dengan model kawasan berorientasi transit akan digunakan dalam mengoperasikan MRT Jakarta. Konsep ini dipadukan dengan beberapa model bisnis yang nantinya menjadi sumber pendapatan lain PT MRT Jakarta selain dari tarif.

Beberapa bisnis yang dilakukan di antaranya mengembangkan ritel di dalam stasiun MRT Jakarta, bisnis periklanan, hak penamaan (naming rights) hingga pengembangan mobile apps untuk menunjang ekonomi digital.

Direktur Operasi dan Pemeliharaan PT MRT Jakarta Agung Wicaksono menjelaskan, kehadiran konsep TOD yang memiliki sejumlah fasilitas penunjang mobilitas penumpang akan meningkatkan jumlah pengguna atau calon penumpang kereta MRT Jakarta. Dengan demikian masyarakat dapat mulai meninggalkan penggunaan kendaraan pribadi dalam mobilitas sehari-harinya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Bisnis itu harus dilihat bukan hanya dengan apa yang ada di depan mata kita," katanya dalam paparan di Kantor MRT Jakarta di Gedung Wisma Nusantara, Jakarta, Rabu (18/10/2018).

Peluang bisnis yang ditangkap mulai dari masuk stasiun sampai keluar dari stasiun. Masuk ke dalam stasiun, berbagai bisnis ritel dikembangkan, mulai dari convenience store atau mini market, toko fesyen, makanan dan minuman hingga ATM.

Dan untuk mendukung usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), MRT Jakarta juga menyediakan lokasi untuk UMKM-UMKM terpilih di tiga stasiun, yakni stasiun Haji Nawi, Blok A dan Sisingamangaraja. Proses penentuan UMKM yang bisa mengisi area ritel di ketiga stasiun tersebut melibatkan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) sebagai kurator.

Selain itu, PT MRT Jakarta juga mengembangkan mobile apps yang akan membantu pengguna mengenali MRT Jakarta sekaligus pendekatan komersil kepada pengguna. Aplikasi selular yang bernama MRT-J tersebut menyediakan fitur-fitur seperti lajur MRT Jakarta, lokasi-lokasi menarik di sekitar stasiun, navigasi informasi hingga beberapa pendekatan komersil yang memungkinkan pengguna membeli merchandise MRT. Ke depan, mobile apps tersebut juga diharapkan bisa digunakan sebagai alat pembayaran digital.

Sumber pendapatan lainnya adalah dari area advertising atau periklanan. Beberapa area stasiun akan dimanfaatkan sebagai sarana promosi, sosialisasi dan lainnya.

Dan yang tak kalah pentingnya juga adalah naming rights atau hak penamaan. PT MRT Jakarta akan membuka penawaran untuk hak penamaan di sembilan stasiun MRT Jakarta rute Lebak Bulus-Bundaran HI.

Stasiun-stasiun yang tak ditawarkan untuk menggunakan hak penamaan di antaranya stasiun Fatmawati, Cipete Raya, Haji Nawi, dan Blok A. Alasan tidak digunakannya keempat stasiun tersebut salah satunya adalah potensi ekonomi setempat sehingga dianggap kurang komersil.

Dengan konsep kawasan berorientasi transit seperti itu, sejumlah perubahan pun diharapkan terjadi. Di antaranya mengurangi penggunaan kendaraan, kemacetan jalan, dan polusi udara karena masyarakat yang lebih banyak menggunakan transportasi umum lewat kemudahan dan fasilitas-fasilitas tadi.

Konsep TOD juga mendukung gaya hidup sehat dan aktif dengan lebih banyak berjalan kaki. Akses terhadap kesempatan kerja dan ekonomi pun meningkat, sehingga berpotensi menciptakan nilai tambah melalui peningkatan nilai properti.

Stasiun Lebak Bulus merupakan stasiun pertama di koridor Selatan-Utara yang diharapkan dapat menjadi magnet bagi masyarakat penglaju dari daerah penyangga seperti Tangerang Selatan yang banyak beraktivitas di Jakarta. Para penglaju ini menggunakan kendaraan pribadi dan transportasi publik setiap hari dari area permukiman padat yang berkontribusi pada kemacetan.

Sedangkan kehadiran konsep transportasi terintegrasi akan hadir di Stasiun Dukuh Atas. Konsep TOD di area ini akan mengatur arus penumpang yang menggunakan lima moda tranportasi berbeda di kawasan ini, yaitu MRT Jakarta, Bus Rapid Transit (BRT) Transjakarta, kereta bandara (railink), kereta komuter (commuterline), dan kereta Light Rail Transit (LRT) yang sedang dikembangkan oleh pemerintah.

Pergerakan manusia ini akan didukung oleh infrastruktur pedestrian yang baru maupun upgrade dari yang ada serta ruang-ruang terbuka yang akan dibentuk. Pengembangan kawasan transit terpadu ini diharapkan menjadikan MRT Jakarta atau moda transportasi publik lainnya sebagai pilihan masyarakat dalam mobilitas sehari-harinya.

(eds/ang)
Hide Ads