Lalu, apakah usul menonaktirkan GT Palimanan bisa diterapkan?
Wakil Direktur Utama PT Lintas Marga Sedaya Firdaus Azis, operator tol Cikopo-Palimanan, mengatakan bahwa usul Menhub itu tidak bisa diterapkan. Pihaknya sudah berkomunikasi dengan banyak operator lainnya dan keputusannya sudah bulat bahwa usul tersebut tidak bisa diterapkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Firdaus menjelaskan bahwa GT Palimanan merupakan gerbang sentral untuk transaksi antar cluster di tol Trans Jawa. Menurutnya, sistem transaksi tidak akan siap bila GT Palimanan dinonaktifkan alias tanpa tap bagi pemudik.
"Karena Palimanan itu berfungsi untuk tempat pembayaran cluster 2 dan tap masuk cluster 1. Kalau dilolosin di sini secara sistem nggak bisa, belum siap karena waktunya itu juga mepet," jelas Firdaus.
Firdaus meneruskan kalau untuk mengurai kemacetan sendiri pihaknya sudah menambah kapasitas GT Palimanan. Selain itu menurutnya, antrean di GT Palimanan tidak terlalu signifikan.
Menurut Firdaus, antrean memang cukup panjang hingga 5 km, namun antrean mencair 30 menit kemudian. Hal tersebut apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya cukup efektif menurutnya.
"Makanya kita tambah aja kapasitas kita untuk mengurai kemacetan itu. Sebenarnya gini antrean waktu arus mudik kemarin itu lets say 5 km tapi kan 30 menit cair ya," ungkap Firdaus.
"Saya lihatnya kalau 30 menit antre nggak lama ya musim lebaran, apalagi di-compare sama tahun sebelumnya," tambahnya.
Sebelumnya menurut Menhub Budi Karya Sumadi, usulan menonaktifkan gerbang tol ini berdasarkan laporan yang diterimanya mengenai kemacetan sepanjang 3 kilometer (km) di gerbang tersebut.
"Usulan ke Menteri PU, gerbang Palimanan nggak ada. Nggak ada gate selama Lebaran saja, soalnya kemarin sempat 3 km antrean," kata dia di kediamannya, Jakarta, Rabu malam (5/6/2019). (das/das)