Salusra menyatakan hasil peninjauan keluar pada November 2020 silam, hasilnya benar saja pembengkakan terjadi. Di peninjauan ulang yang pertama, pembengkakan biaya proyek tercatat mencapai US$ 2,5 miliar atau totalnya menjadi US$ 8,6 miliar.
"Dari awalnya US$ 6,07 miliar tadi perkiraannya berkembang menjadi US$ 8,6 miliar waktu itu diestimasi pada November 2020 oleh konsultan dari KCIC," ungkap Salusra dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR, Rabu (1/9) lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selanjutnya, Salusra menjelaskan imbas dari temuan pembengkakan biaya di awal tadi PSBI selaku perusahaan gabungan BUMN melakukan tinjauan ulang sendiri. Hasil peninjauan dengan konsultan, PSBI justru menemukan pembengkakan lebih besar. Dia menjabarkan pembengkakan bisa terjadi mencapai US$ 3,8-4,9 miliar atau kalau ditotal dengan biaya proyek di awal menjadi US$ 9,9-10 miliar.
Sejak saat itu, perbaikan dan efisiensi pun dilakukan di tubuh KCIC selaku perusahaan induk yang menangani Kereta Cepat Jakarta Bandung. Manajemen dirombak, kemudian efisiensi biaya banyak dilakukan.
Setelah itu, Salusra mengatakan penghematan biaya bisa dilakukan. Meski pembengkakan tetap terjadi, namun jumlahnya tidak sebesar sebelumnya. Dari awalnya biaya proyek sebesar US$ 6,07 miliar kini hanya mengalami penambahan sekitar US$ 1,9 miliar. Bila ditotal biaya proyek menjadi hampir US$ 8 miliar.
(acd/ara)