3 Fakta Proyek MRT Jakarta Fase 2 Belum Dapat Kontraktor, Terancam Molor

3 Fakta Proyek MRT Jakarta Fase 2 Belum Dapat Kontraktor, Terancam Molor

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Rabu, 02 Mar 2022 07:30 WIB
Progres pembangunan MRT Jakarta Fase 2A telah mencapai 16,56. Rute MRT Jakarta dari Bundaran HI hingga ke Kota Tua ini ditargetkan rampung pada Agustus 2027.
Foto: Rifkianto Nugroho
Jakarta -

Dua paket proyek MRT Jakarta Fase 2 tak kunjung mendapatkan kontraktor. Padahal proses pengadaannya sudah dilakukan sejak medio 2020 silam.

Paket yang bermasalah adalah pada CP 202 dan CP 205. Paket yang pertama CP 202 adalah paket pekerjaan sipil untuk menghubungkan MRT Jakarta dari Harmoni ke Mangga Besar, sedangkan CP 205 adalah paket pengadaan sistem perkeretaapian Bundaran HI-Mangga Besar.

Proyek MRT Jakarta Fase 2 pun terancam tak kunjung selesai. Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta, Silvia Halim mengatakan hal ini jelas bakal memberikan dampak besar ke proses penyelesaian MRT Jakarta Fase 2. Namun, dirinya enggan berspekulasi sebesar apa pengaruhnya. Semua akan dipastikan setelah proses pengadaan ulang selesai.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Akan berpengaruh pada proyek fase II? Tentu saja bakal ada impact. Cuma berapa besar impact-nya akan kami pastikan setelah proses pengadaan ulang selesai," ujar Silvia dalam diskusi virtual dengan wartawan, Selasa (1/3/2022).

Berikut ini 3 fakta soal proyek MRT Jakarta tak mendapatkan kontraktor:

ADVERTISEMENT

1. Skema Penunjukan Langsung Gagal

Silvia mengatakan sebetulnya proses pengadaan dua paket ini sudah mendapatkan jalan keluar setelah pelelangan selalu gagal. Pada pertengahan 2021 pemerintah Indonesia dan Jepang sepakat untuk melakukan penunjukan langsung kontraktor yang menggarap proyek ini.

Sayangnya hal itu tak banyak membantu, proses penunjukan langsung justru dihentikan karena penetapan harga yang tidak cocok.

"Di tahun kemarin direct contracting itu unfortunately mengalami tidak adanya kesepakatan dengan kandidat yang ditunjuk langsung. Dalam hal ini tidak ada kesepakatan harga, bukan berarti penunjukan langsung kita jadi nggak bisa nolak tawaran," ungkap Silvia.

"Panjang juga proses diskusi dan koordinasi dengan pihak Jepang, eventually diputuskan direct contracting itu setop dan gagal," lanjutnya.

Keputusan terbaru, kini paket CP 202 akan tetap melakukan penunjukan ulang, namun kandidatnya baru. Sementara untuk CP 205 akan ada tender ulang yang dilakukan. Proses pengadaan ulang ini sedang dipersiapkan oleh MRT Jakarta.

Dia melanjutkan selama ini lelang yang pernah dilakukan selalu gagal karena minimnya partisipasi pihak Jepang. Tak banyak kontraktor Jepang yang tertarik dengan proyek MRT Fase 2. Pelibatan perusahaan Jepang sendiri menjadi salah satu perjanjian kerja sama antara Indonesia dan Jepang dalam pembangunan proyek MRT Jakarta.

Kini, pihaknya juga mendorong pemerintah Jepang agar mau mengajak perusahaan-perusahaan di negaranya untuk menggarap proyek MRT Jakarta.

"Salah satu penyebab sangat sulit untuk pelelangan karena partisipasi market Jepang tidak banyak. Kami minta effort Jepang juga untuk mendorong market jepang dan pastikan harga kompetitif," papar Silvia.

Lanjut di halaman berikutnya.

2. Proyek Sulit dan Berisiko Tinggi

Silvia memaparkan salah satu alasan proyek tidak banyak diminati adalah risiko dan kesulitan tinggi proyek CP 202. Posisi geografis paket ini yang membuat hal itu terjadi.

Maka dari itu saat proses lelang banyak yang enggan menggarapnya. Pun saat dilakukan penunjukan langsung kandidat kontraktor proyek menawarkan harga yang tinggi untuk menggarap proyeknya.

"Memang lokasi CP 202 di Gajah Mada dan Hayam Wuruk ini menjadi area paling sulit untuk pembangunan MRT. Tingkat kesulitan itu dan proses yang risikonya tinggi sekali," ungkap Silvia.

Sebagai contoh masalah saja, di area tersebut ditemukan banyak sekali bangunan lama dan cagar budaya yang mesti dijaga tidak rusak. Namun, area yang ada justru sempit untuk menghindari proyek bersentuhan dengan cagar budaya tersebut.

Ditambah lagi ada juga kali Ciliwung yang jadi hambatan. Kali Ciliwung membuat stasiun dan jalur MRT dibangun lebih dalam di bawah tanah, desain yang berbeda pun harus dilakukan.

Bahkan untuk jalur terowongan bawah tanah MRT di kawasan ini juga bentuknya berbeda, tidak side by side alias samping-sampingan. Namun bentuknya menjadi atas bawah, proses itu berisiko tinggi dan memiliki komplikasi masalah yang besar.

"With all difficulties ini, akan makin membuat konstruksi makin panjang, harus hati-hati dan sequence kerja makin sulit," ujar Silvia.

3. Paket Proyek Lain Berjalan Lancar

Meski ada hambatan di paket CP202, beberapa pembangunan di proyek MRT Fase 2 lainnya berjalan lancar. Misalnya, saja CP 201 yang menghubungkan Bundaran HI ke Harmoni, saat ini prosesnya sudah mulai melakukan tunnelling alias pembuatan terowongan jalur MRT bawah tanah. Pembangunan stasiun bawah tanahnya pun berjalan dengan lancar.

"Kita sudah mulai tunnelling di stasiun Bundaran HI ke Thamrin. Sementara itu, mesin bor untuk stasiun Thamrin ke Monas juga sudah mulai dipasang, akan berjalan mulai April. Targetnya mid 2023 ini semua selesai," ujar Silvia.

Sementara itu di CP 203 yang menghubungkan Glodok ke Kota Tua pun proses pembangunannya juga sudah berjalan. Persiapan konstruksi sedang dilakukan, mulai dari pengalihan lalu lintas, pemindahan aset bersejarah trem, hingga pemindahan beberapa shelter bus. MRT Jakarta juga melakukan sayembara untuk desain Stasiun MRT Jakarta Kota.

"CP 203 kami masih melakukan persiapan konstruksi, semua berjalan dengan lancar," ungkap Silvia.



Simak Video "Video Foke ke Rano: Bilang Koster, yang Bikin MRT Jakarta Itu Gue"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads