MRT Baru Digarap Kala Jakarta Terlanjur Rugi Rp 100 T Gara-gara Kemacetan

MRT Baru Digarap Kala Jakarta Terlanjur Rugi Rp 100 T Gara-gara Kemacetan

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Rabu, 06 Jul 2022 11:23 WIB
PT MRT Jakarta (Perseroda) memberlakukan kapasitas tempat duduk 100% di MRT mulai hari ini. Seperti apa suasananya?
MRT Baru Digarap Kala Jakarta Terlanjur Rugi Rp 100 T Gara-gara Kemacetan/Foto: Andhika Prasetia/detikcom
Jakarta -

Jakarta menjadi salah satu kota yang memiliki masalah kemacetan akut di dunia. Bahkan sebagai kota besar, Jakarta disebut telah merugi Rp 90-100 triliun per tahun gara-gara kemacetan.

Di sisi lain, pembangunan sarana transportasi publik dinilai terlambat dilakukan di Jakarta. Salah satunya adalah moda transportasi perkeretaapian, khususnya mass rapid transportation alias MRT.

Direktur Utama PT MRT Jakarta William Sabandar menyatakan selama ini pembangunan infrastruktur di Indonesia terbentur permasalahan keuangan. Memang, butuh biaya besar untuk membangun infrastruktur, dampaknya pun tak bisa instan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, menurutnya dampak pembangunan transportasi publik akan sangat dirasakan masyarakat. Perdebatan soal modal ini lah yang membuat MRT Jakarta telat dibangun, bahkan hingga 30 tahun lamanya.

"Pembangunan ini menjadi perdebatan ekonom dan engineer, yang membuat MRT di Jakarta selama 30 tahun ini tidak pernah dibangun. Padahal, the discussion about building MRT itu tahun 1985 itu pertama kali dicetuskan pak Habibie sebagai Menristek," papar William dalam diskusi publik dengan LPEM FEB UI, Rabu (6/7/2022).

ADVERTISEMENT

Selama 30 tahun terakhir, proyek MRT Jakarta seringkali terbentur dengan kajian keuangan yang selalu tidak mendukung pembangunan proyek besar macam MRT.

"Studi-studi yang menjustifikasi apakah MRT itu harus dibangun atau tidak, tidak pernah men-justify tujuan kami tersebut, selalu kalah dengan pendekatan financial," kata William.

Nyatanya, membangun MRT Jakarta memang tak murah. William memaparkan di fase I Lebak Bulus-Bundaran HI saja pihaknya menghabiskan uang Rp 16-17 triliun untuk membangun 16 km jalur MRT. Butuh sekitar Rp 1 triliunan per km biayanya.

"Nah sekarang kita bangun MRT fase II yang panjangnya 12 km butuh Rp 20-30 triliun," ujar William.

Simak juga video 'Menhub Ke Jepang Percepat Pembangunan Infrastruktur Transportasi':

[Gambas:Video 20detik]



MRT akhirnya dibangun kala Jakarta rugi Rp 100 triliun. Cek halaman berikutnya.

Pada akhirnya pembangunan MRT Jakarta baru diinisiasi secara masih pada 2010-2013 dan pada 2019 transportasi publik ini baru bisa dirasakan warga Jakarta. William bilang, kalau dibandingkan dengan kota-kota lain di dunia kemunculan MRT sudah sangat terlambat.

Di Korea Selatan, tepatnya di kota Seoul saja sudah ada jaringan metro sepanjang 300 km lebih. Padahal, umur negara ini tak jauh berbeda dengan Indonesia. Secara ekonominya di awal negara itu terbangun juga masih sama kapasitasnya dengan Indonesia.

"Kita sangat jauh tertinggal dengan negara lain, Korea, yang sama-sama merdekanya dengan Indonesia, yang tidak lebih baik potensi ekonominya, hari ini sudah punya jaringan metro di kota Seoul yang panjangnya kurang lebih 300 km. Mereka mulai bangun 1970 dan hari ini totalnya sekitar 350 km," papar William.

Tidak sampai di situ, Jakarta pun sudah keburu merugi hingga Rp 90-100 triliun karena kemacetan yang diakibatkan telatnya pembangunan sarana transportasi umum.

"Bila dihitung dari World Bank, kita sudah kehilangan sekitar Rp 90-100 triliun per tahun akibat do nothing tadi, akibat tidak melakukan pembangunan infrastruktur publik. Itu dikontribusikan oleh kemacetan, polusi, waktu tempuh yang sekarang orang Jakarta dan sekitarnya bisa spending 3-4 jam," ungkap William.

Dekan FEB UI Teguh Dartanto juga menyatakan hal yang sama. Saat ini Jakarta sebagai kota besar telah menelan kerugian besar akibat kemacetan dan kurangnya sarana transportasi publik.

"Jakarta memiliki masalah kemacetan kronis sebagai kota yang besar. Sejumlah kajian menyampaikan kerugian akibat kemacetan bisa sampai Rp 100 triliun per tahun. Kerugian ditimbulkan dari peningkatan waktu tempuh, pengurangan produktivitas, polusi udara, dan kualitas kehidupan masyarakatnya," papar Teguh.


Hide Ads