CEO Toll Road Business Group Astra Infra Kris Ade Sudiyono menyatakan bisnis jalan tol masih kuat meskipun diterjang badai pandemi COVID-19. Menurutnya, sejak 2020 bisnis jalan tol dihantam badai sampai tiga kali, namun saat ini masih bertahan dan tetap menguntungkan.
Dia memaparkan badai yang pertama terjadi pada 2020 saat gelombang pertama COVID-19 menerpa Indonesia. Badai kedua pada 2021 saat gelombang kedua COVID-19 terjadi, dan yang terakhir pada awal 2022 saat gelombang ketiga COVID-19 dengan varian Omicron muncul.
Dari tiga hantaman badai itu, paling terasa pukulannya pada 2020. Dia bilang trafik maupun pendapatan jalan tol menurun drastis. Bahkan butuh waktu sampai 6 bulan untuk pulih kembali.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bagaimana dampaknya? Ternyata kalau untuk jalan tol, yang pertama gelombang pertama itu cukup dalam. Kemudian recovery process-nya juga cukup lama. Kita alami selama enam bulan baru pulih," ungkap Kris Ade dalam Workshop Wartawan Astra 2022, di Menara Astra, Jakarta Pusat, Rabu (28/9/2022).
Gelombang kedua COVID-19 diakuinya cukup memukul bisnis jalan tol, tapi dampaknya tak sedalam seperti gelombang pertama. Dalam hitungan bulanan, bisnis bisa kembali bangkit.
Justru dia bilang gelombang ke tiga saat varian Omicron muncul tak banyak berdampak pada bisnis jalan tol. Trafik dan pendapatan harian tak sampai turun drastis.
Kris Ade melanjutkan saat ini posisi trafik atau lalu lintas harian di jalan tol milik Astra Infra sudah berangsur membaik. Bahkan sudah 26% lebih tinggi dibandingkan rata-rata harian di tahun 2019, yang merupakan tahun sebelum pandemi.
Begitu juga dengan pendapatan, bila pada 2019 pendapatan harian rata-rata hanya Rp 7,5 miliar. Saat ini pendapatan harian sudah mencapai Rp 9,9 miliar.
"Jadi sektor ini, bisnis ini, sangat resilient dalam perspektif investasi," tutup Kris Ade.
Lihat juga Video: Jokowi Resmikan Tol Cibitung-Cilincing: Percepat Mobilitas Barang