Basuki Mau Evaluasi Tol Jakarta-Serpong Gara-gara Langganan Banjir

Basuki Mau Evaluasi Tol Jakarta-Serpong Gara-gara Langganan Banjir

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Selasa, 04 Okt 2022 14:07 WIB
Menteri Pekerjaan Rumah dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono diperiksa KPK terkait kasus dugaan suap proyek ijon yang menjerat Damayanti Wisnu Putranti dan Budi Supriyanto, Kamis (21/4/2016).
Foto: Hasan Alhabshy
Jakarta -

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono buka suara soal permasalahan Tol Jakarta-Serpong yang jadi langganan banjir. Seperti diketahui jalan tol Pondok Aren-Serpong sudah beberapa kali mengalami kebanjiran yang berujung pada kemacetan pengguna jalan.

Bahkan, dalam beberapa kejadian banjir akhir-akhir ini tol tersebut sampai harus ditutup karena sama sekali tak bisa dilalui.

Basuki menegaskan sejauh ini pihaknya sudah menurunkan tim untuk melakukan evaluasi menyeluruh pada jalan tol tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Lagi kita evaluasi memang ini, sebetulnya ada apa ini," kata Basuki ditemui wartawan di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Selasa (4/10/2022).

Dia menegaskan peringatan sudah diberikan oleh pihaknya kepada pengelola jalan Tol Jakarta-Serpong akibat banjir yang sering terjadi. Namun, untuk sanksi pihaknya masih menunggu hasil evaluasi yang dilakukan.

ADVERTISEMENT

"Kita lihat dulu kenapanya, yang penting jangan banjir dulu. Kalau peringatan pasti ada, kalau sanksinya kita lihat nanti penyebabnya dulu," sebut Basuki.

"Saya mau evaluasi dulu yang jelas kenapa itu begitu, saya belum tahu persis bagaimana teknisnya, evaluasi tim kita lagi jalan," lanjutnya.

Ruas tol Pondok Aren-Serpong atau yang biasa dikenal sebagai Tol Jakarta-Serpong belakangan ini memang telah menjadi langganan banjir. Bukan cuma sekali, di bulan September saja jalan tol di Tangerang Selatan itu sudah dua kali mengalami kebanjiran.

Lihat video 'Tol Jakarta-Serpong Banjir Selutut Orang Dewasa, Mobil Tak Bisa Melintas':

[Gambas:Video 20detik]



Bersambung ke halaman selanjutnya.

Dalam catatan detikcom, Tol Jakarta-Serpong terakhir kali kebanjiran pada Jumat 23 September kemarin. Setelah diguyur hujan deras, genangan air muncul di jalan Tol Jakarta-Serpong KM 8. Tol Jakarta-Serpong pun ditutup dengan menyisakan antrean panjang kendaraan yang mau masuk tol.

Di awal September pun Tol Jakarta-Serpong sempat kebanjiran juga. Titik banjirnya pun ternyata sama, di KM 8 juga. Tol Jakarta-Serpong pun ditutup juga saat itu. Banjir kala itu disebut sudah mencapai 40 ketinggiannya.

Di sisi lain, menurut Koordinator Indonesia Toll Road Watch (ITRW) Deddy Herlambang biang kerok utama Tol Jakarta-Serpong kerap kebanjiran adalah buruknya rencana tata guna lahan yang dilakukan oleh Pemkot Tangerang Selatan.

Tol Jakarta-Serpong sendiri sudah cukup tua umurnya, Deddy bilang tol itu sudah dibangun sejak medio awal 1990-an. Namun, ternyata rencana tata ruang dan wilayah di sekitar jalan tol sangat buruk sehingga setelah sekitar 30 tahun tol itu eksis masalah baru bermunculan.

"Ini hubungannya sama masalah tata guna lahan juga. Jadi gini tol kan dibangun setahu saya tahun 1990an lah, 1992 kayaknya. Nah sekarang kan 2022, sudah 30 tahun di situ. Jadi ini perencanaan tol itu sendiri tidak mampu menyelesaikan permasalahan ke depan. RT-RW-nya buruk," ungkap Deddy kepada detikcom, Jumat (30/9/202).

Deddy menyebut di tahun 1990-an daerah sekitar Tol Jakarta-Serpong belum terbangun masih banyak sekali lahan kosong. Namun kini pembangunan terjadi dengan pesat, lingkungan di sekitar jalan tol jadi sangat padat.

Saking padatnya tidak ada lagi sumur resapan air dan daya tampung air hujan di sekitar jalan tol. Semua berubah menjadi pemukiman.

Maka wajar saja bila saat curah hujan tinggi dan debit air meningkat, air jadi ikut mengalir ke drainase kawasan tol. Karena drainase jalan tol tak kuat menampung debit air yang besar akhirnya air menggenang di jalan tol.

"Kan dulu tahun dibangunnya itu masih kosong, Bintaro ke Jakarta-Serpong masih lahan kosong, masih banyak hutan, masih tanah-tanah. Sekarang kan padat, padat sekali. Sudah banyak yang pindah ke sini. Maka penampungan debit air tidak ada, akhirnya mengalir ke jalan tol," ungkap Deddy.

"Yang dulu banyak daerah serapan dan daya tampung air hujan, nah sekarang tidak ada rumah semua," sebutnya.


Hide Ads