Proyek Kereta Api (KA) Makassar-Parepare terus didorong pembangunannya. KA pertama di Sulawesi ini memiliki jalur mencapai 142 km dan ditargetkan rampung pada 2026.
Di sisi lain, dalam mewujudkan proyek ini, pemerintah harus menghadapi berbagai tantangan yang berliku. Hal ini diakui oleh Kepala Balai Pengelola Kereta Api (KA) Sulawesi Selatan, Andi Amanna Gappa.
"Kalau terkait dengan masalah proses pembangunan memang banyak lika-liku nya. Satu tahun yang lalu ketika saya masuk ke Makassar ini, Sulawesi, itu kondisinya belum ada yang tersambung seperti sekarang," kata Gappa kepada detikcom, dalam program Blak-blakan yang tayang Selasa (20/12/2022).
Ia pun bercerita, pada saat itu jalur kereta masih terpisah-pisah dan belum tersambung seperti sekarang ini. Salah satu alasannya, masih ada penolakan dari masyarakat terkait dengan nilai appraisal (taksir harga) tanahnya.
"Yang sudah terbangun waktu itu adalah mulai dari Stasiun Tanete Rilau, ke arah Barru, terus ke arah Parangloe. Yang ke arah Garongkong belum selesai, yang ke arah Maros dan sisanya itu pun belum selesai," ungkapnya.
Berkat dukungan dari Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) di Sulawesi Selatan, serta tindak tegas dari Menteri Perhubungan, pembangunan pun bisa mencapai di titik ini. Ke depan, harapannya juga, jalur kereta ke arah Makassar dan Parepare bisa segera dibangun.
"Saat ini yang segmen 3 yang ke arah Maros-Pangkep sudah kita operasikan. Next step selanjutnya adalah kita mulai menganggarkan untuk kegiatan ke Makassar dan ke bandara dengan catatan proses pengadaan tanahnya sudah clear," kata Gappa.
Gappa juga menambahkan, dalam jangka panjangnya, pihaknya juga berharap bisa mengembangkan proyek KA ini hingga ke seluruh penjuru Sulawesi. Namun ia menekankan, hal ini tidak hanya tanggung jawab dari pemerintah pusat, tetapi juga butuh partisipasi aktif dari pemerintah daerah (pemda).
"Ini perlu dukungan konkret dari sisi Pemda. Sehingga layanan itu tidak berhenti pada jalur KA, tapi bagaimana penumpang menuju stasiun itu juga perlu dipikirkan, bahkan setelah dari stasiun dia mau kemana juga harus dipikirkan," katanya.
Sementara menyangkut pembiayaan proyek, Gappa mengatakan, secara historis ada pembiayaan dari dukungan Pemprov untuk pengadaan tanah di awal, ada pembiayaan APBN murni, dan ada juga pembiayaan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN). Yang terbaru, ada skema pembiayaan dari kegiatan kerjasama antara Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU).
"Di mana mereka juga melakukan pembangunan untuk sisi siding, kemudian mereka melakukan perawatan KA selama 17 tahun. Jadi bayangkan, KA Makassar-Parepare ini sudah terjamin paling tidak 17 tahun, itu sudah ada yang merawat. Jadi ini memang model-model kerja sama yang baru di lingkungan Ditjen KA dan dimulai di Sulawesi," ucapnya.
Gappa mengatakan, pihaknya juga akan berfokus pada peningkatan kapasitas, sembari membangun aksesibilitas dari dan ke stasiun itu terlayani dengan baik. Ditargetkan pada Mei 2023 mendatang, kereta sudah dapat beroperasi penuh dari Mandai sampai ke Garongkong.
Sementara untuk jalur Makassar-Parepare diproyeksi baru bisa tersambung penuh pada 2026 mendatang.
"Berdasarkan RPJM kita itu kurang lebih 2024. Tapi kemungkinan akan selesai paling tidak di 2026 lah," katanya.
Dalam jangka panjang, ia pun berharap, KA tidak hanya sebagai alternatif melainkan bisa menjadi tulang punggung moda transportasi. Karena menurutnya, KA memiliki keunggulan dibandingkan dengan moda transportasi darat lainnya.
"Contohnya, dari segi kecepatan, tidak macet, ketepatan waktu, kemudian keamanan, terus juga biaya handling. Ini nanti biaya handling pun bisa kita minimalisir. Sehingga menekan biaya operasional, dan harga yang sampai ke masyarakat bisa lebih rendah. Itu mungkin ekspektasi dalam jangka waktu panjang," kata Gappa.
(eds/eds)