Banjir dan Jakarta bagaikan tak bisa dipisahkan. Bertahun-tahun lamanya masalah banjir di Jakarta tak kunjung ada solusinya. Sudah hampir pasti ada daerah terendam bila hujan mengguyur deras di ibu kota.
Hal ini pun bikin jengkel Presiden Joko Widodo (Jokowi). Dia menempatkan masalah banjir dalam 3 masalah utama di Jakarta yang tak kunjung ada solusinya.
"Problem besar DKI sejak dulu itu adalah 3 hal, banjir, macet, dan tata ruang," papar Jokowi di Bendungan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang disiarkan virtual, Jumat (23/12/2022) yang lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pemerintah pun sejak dahulu sudah menyiapkan sederet proyek yang diklaim bakal melindungi Jakarta dari banjir. Misalnya sepasang bendungan kering di Kabupaten Bogor ataupun sodetan yang menghubungkan Sungai Ciliwung ke Banjir Kanal Timur (BKT).
Sampai akhir tahun 2022 ini dari sederet proyek anti banjir itu, baru bendungan saja yang sudah selesai pembangunannya dan bisa digunakan. Sepasang bendungan di Kabupaten Bogor itu pun belum lama ini diresmikan Jokowi.
Pada 23 Desember 2022 kemarin, Jokowi akhirnya meresmikan dua bendungan penangkal banjir Jakarta. Bendungan Ciawi dan Sukamahi yang telah dibangun sejak medio 2016 akhirnya rampung dan mulai bisa digunakan.
Sepasang bendungan ini bertipe bendungan kering alias dry dam. Artinya kedua bendungan ini baru akan digenangi air bila terkena hujan. Sisanya, bendungan ini memang akan kering.
"Untuk Ciawi dan Sukamahi, Sukamahi ini bendungan kering dry dam, bendungan kering. Ini sudah dimulai tahun 2016 pembangunannya," papar Jokowi di Bendungan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang disiarkan virtual, Jumat (23/12/2022).
Pengoperasian dua bendungan ini akan menggunakan Aplikasi Sistem Manajemen Air Terpadu (SIMADU) Kementerian PUPR dengan memanfaatkan data klimatologi dari BMKG yang menampilkan laporan kejadian banjir/kekeringan, prakiraan cuaca dan hari tanpa hujan, termasuk prakiraan banjir dan kekeringan.
Menurut data Kementerian PUPR, pembangunan dua bendungan kering di Kabupaten Bogor ini sudah direncanakan sejak tahun 1990-an dan mulai dibangun tahun 2016.
Kontrak pembangunan untuk Bendungan Sukamahi senilai Rp 464,93 miliar dengan kontraktor pelaksana PT. Wijaya Karya-Basuki KSO. Bendungan Sukamahi didesain tipe urugan random inti miring dengan tinggi puncak 55 meter, lebar 9 meter dan panjang 169 meter. Bendungan itu memiliki daya tampung 1,68 juta meter kubik dan luas area genangan 5,23 hektare dengan manfaat mereduksi banjir sebesar 15,47 meter kubik per detik.
Sama dengan Bendungan Sukamahi, Bendungan Ciawi juga didesain tipe urugan random inti miring dengan tinggi puncak 55 meter, lebar 9 meter dan panjang 334,5 meter. Bendungan Ciawi memiliki volume tampung 6,05 juta meter kubik dan luas area genangan 39,40 hektare untuk mereduksi banjir sebesar 111,75 meter kubik per detik. Kontrak pembangunannya senilai Rp 798,70 miliar dengan kontraktor pelaksana PT. Brantas Abipraya dan PT. Sacna (KSO).
Dari data debit banjir 50 tahun-an, Kementerian PUPR memperkirakan Bendungan Ciawi dan Bendungan Sukamahi dapat mengurangi debit banjir di Pintu Air Manggarai sebesar 577,05 meter kubik per detik.
Jokowi meyakini sepasang bendungan ini mampu mengurangi banjir di Jakarta. Apalagi, bila operasi dua bendungan ini didukung dengan Sodetan Ciliwung. Setidaknya, wilayah banjir di Jakarta bisa menyusut sampai setengahnya. Dia menargetkan akan ada pengurangan area banjir di Jakarta dari awalnya mencapai 468 hektare menjadi hanya 211 hektare.
"Dari 468 hektare menjadi 211 hektare, kurangnya hampir separuh, dengan adanya Sukamahi, Ciawi, dan Sodetan Ciliwung ke BKT," papar Jokowi.
Lihat juga video 'Reaksi Heru Disentil Jokowi Soal ITF Sunter-Sodetan Ciliwung-Giant Sea Wall':
Sodetan Ciliwung
Proyek sodetan Ciliwung juga jadi sorotan Jokowi, pasalnya proyek ini tak kunjung selesai pembangunannya. Sodetan Ciliwung mulai dikerjakan tahun 2013, proyek itu digagas oleh Jokowi waktu masih menjadi Gubernur DKI Jakarta.
Kala itu, proyek Sodetan menjadi hasil konkrit dari rapat darurat yang dilakukan Jokowi dengan Presiden yang kala itu dijabat Susilo Bambang Yudhoyono. Kedua pihak melakukan rapat di posko penampungan banjir GOR Otista Jakarta Timur pada awal tahun 2013.
Sodetan Ciliwung sendiri berfungsi untuk mengalirkan air dari Sungai Ciliwung menuju kanal Banjir Kanal Timur (BKT). Ketika Sungai Ciliwung mulai meluap, air akan teralirkan dengan debit yang cukup besar ke BKT.
Diperkirakan Sodetan Ciliwung akan mengurangi debit air di Sungai Ciliwung dengan mengalirkan air sebesar 60 meter kubik per detik ke BKT. Apalagi saat Sungai Ciliwung sudah tidak lagi mampu menampung debit air pada perkiraan debit banjir 25 tahunan yang bisa mencapai puncaknya sebesar 508 meter kubik per detik.
Proyek itu berjalan mulai tahun 2013, Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Ciliwung-Cisadane Ditjen Sumber Daya Air Kementerian PUPR jadi penanggung jawab proyek, sementara Pemprov DKI Jakarta diminta untuk membebaskan lahan. Namun, proyek itu malah mandek pengerjaannya tahun 2015 karena pembebasan lahan. Padahal, Jokowi menargetkan proyek itu selesai di tahun 2015.
Semenjak saat itu proyek jalan di tempat, usaha pembebasan lahan untuk proyek sodetan juga makin tak jelas juntrungannya. Sampai baru pada tahun 2020, ketika banjir besar melanda Jakarta di tahun baru, pembebasan lahan proyek sodetan jadi prioritas.
Akhirnya, proyek pun berjalan kembali di 2021. Proyek sodetan Ciliwung yang akan dilanjutkan adalah sepanjang 549 meter saja, meneruskan pengerjaan yang sudah berjalan hingga tahun 2015. Sementara itu total panjang sodetan sendiri mencapai 1,26 kilometer.
Pembangunan sodetan Sungai Ciliwung dilaksanakan oleh kontraktor PT. Wijaya Karya- PT. Jaya Konstruksi, KSO dan konsultan supervisi PT. Virama-Supra-TAA, KSO dengan masa pelaksanaan Agustus 2021-Agustus 2023. Alokasi anggaran untuk konstruksi sodetan dan galian alur untuk menambah kapasitas tampung sungai Cipinang BKT sebesar Rp 683,9 miliar.
Hingga awal Desember ini, Kementerian PUPR menyatakan proyek ini secara total sudah berjalan sebanyak 62% pengerjaannya. Jokowi sendiri menargetkan Sodetan Ciliwung bisa selesai di bulan Maret 2023.
(hal/eds)