Fauzi juga menceritakan kondisi Bandara Trunojoyo di tahun-tahun sebelum COVID-19. Kala itu, penerbangan rutin dilakukan sekali sehari. Okupansi penumpangnya pun lumayan, setidaknya setiap penerbangan dengan pesawat ATR-72 ada sekitar 70% lebih bangku terisi.
"Dulu ya penuh. Maksudnya ndak begitu penuh sampai di atas 90%, cuma di angka 70% itu ada. Kalau tahun 2017-2019 terakhir dari okupansi 70-an% itu khusus yang wisatanya ada 30-an%," papar Fauzi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagai informasi Bandara Trunojoyo sendiri sudah dibangun dan eksis di Pulau Madura sejak tahun 1979. Bandara ini punya landasan pacu sepanjang 1.600 meter dengan lebar 30 meter. Sementara itu, terminal penumpang Bandara Trunojoyo memiliki luasan 3.600 meter persegi dan mampu menampung sampai dengan 129 ribu penumpang dalam satu tahun.
Pengembangan Bandara Trunojoyo terakhir kali dilakukan menggunakan APBN dengan menghabiskan dana Rp 57 miliar.
Mau Buka Penerbangan Lagi
Fauzi menyatakan pihaknya punya dua target besar pada pembentukan aksesibilitas angkutan udara di Sumenep. Pertama adalah merutinkan kembali penerbangan dari Bandara Juandara Surabaya ke Sumenep. Kedua membuka penerbangan perintis dari Sumenep ke Masalembo yang merupakan wilayah kepulauan paling jauh di Sumenep.
Khusus untuk penerbangan dari Surabaya ke Sumenep dia meyakini hal itu akan memberikan kemudahan masyarakat untuk mobilitas ke Pulau Jawa. Bukan cuma bagi Sumenep, tapi juga bagi masyarakat di kabupaten lain yang ada di Pulau Madura. Waktu tempuh pun makin singkat.
"Jangka menengah, kita pikir mau memaksimalkan bandara yang sudah ada. Yang mungkin akan kita aktifkan ini adalah penerbangan Surabaya-Sumenep, Sumenep-Surabaya, minimal ini bisa dinikmati oleh tiga kabupaten, Sampang, Pamekasan, dan Sumenep," beber Fauzi.
Lalu, apakah Fauzi punya rencana untuk menyambung Sumenep ke Bali sebagai surga pariwisata yang berdekatan wilayahnya?
Fauzi mengaku keinginan itu memang ada, pasalnya banyak juga warga Madura yang merantau ke Bali. Namun, keingin itu nampaknya akan sulit diwujudkan. Pasalnya sebagai bandara internasional, Bandara Ngurah Rai di Bali hanya akan menerima penerbangan pesawat jet. Sementara Bandara Trunojoyo di Sumenep hanya mampu menerima pesawat-pesawat kecil semacam ATR-72.
"Ke Bali memang dekat, cuma biasanya pesawat sekelas ATR-72, yang penumpangnya hanya 72 orang itu akan susah dapat flight di Bali. Keinginan kita memang berharap bisa, karena masyarakat kita itu rata-rata banyak juga di Bali. Makanya kita kejar Surabaya-Sumenep dulu," sebut Fauzi.
Selain jalur udara, Fauzi juga mengatakan pihaknya ingin mengembangkan layanan angkutan laut yang terpadu. Pasalnya, Sumenep merupakan kabupaten yang wilayahnya kepulauan.
Aksesibilitas masyarakat lewat jalur laut sangat dibutuhkan dan perlu ditingkatkan. Apalagi mengingat masyarakat Sumenep ada 35% yang hidup di jajaran pulau yang ada di lepas pantai timur Sumenep.
"Pelabuhan ini sebenarnya yang saat ini paling penting untuk kita adalah penumpang ya. Karena Sumenep ini banyak pulau. Misal untuk jalur laut untuk ke Pulau Kangean, ada juga Pulau Sapudi, Pulau Raas, dan ada Pula Sapeken, terus Pulau Masalembo yang paling jauh," ungkap Fauzi.
(hal/eds)