Sejak 40 tahun yang lalu, riset mengenai serat baja semakin diminati karena serat baja dipercaya bisa menambah kekuatan material. Serat baja berkaitan langsung dengan isu pembangunan berkelanjutan untuk mengoptimalkan beton prategang.
Di Inggris, usia layan jembatan mencapai 120 tahun, sedangkan usia layan jembatan di Indonesia adalah 75 tahun.
Hal ini disampaikan oleh Choirul Rama Saputra, pegawai Fungsional Teknik Jalan Jembatan Ahli Muda dari Direktorat Jembatan Direktorat Jenderal Bina Marga, Kementerian PUPR. Choirul merupakan pegawai PUPR yang mendapat beasiswa program magister di Structural Engineering Leeds University, Inggris, lewat program Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).
"Saya membandingkan bagaimana dengan serat baja dan tanpa serat baja kapasitas momen, kapasitas geser, defleksi, serta emisi karbon yang dihasilkan jembatan seperti apa," ucapnya, Kamis (30/11/2023).
Dari hasil risetnya, ia menemukan di Inggris, banyak jembatan yang didesain yang didesain dengan konsep menerus (continuous) untuk memudahkan pemeliharaan, menghemat biaya konstruksi, serta meningkatkan durabilitas jembatan saat terkena hujan. Serat Baja pun terbukti bisa menguatkan beton prategang, emisi karbon pun menurun sekitar 22%.
"Di Indonesia penggunaan serat baja baru terbatas pada perkerasan beton sesuai spesifikasi," jelasnya.
Pegawai kedua adalah Teknik Pengairan Ahli Muda di Direktorat Sungai dan Pantai Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (SDA), Hendra Ramadhani. Gelar magister (S2) dan doktoralnya (S3) diperoleh dari Program River Engineering, Tokyo University, Jepang. Hendra bisa berkuliah keluar setelah menerima beasiswa dari ADB Japan Scholarship Program untuk gelar magister dan SHO-BOND by Ueda Memorial Foundation untuk gelar doktoral.
"Dukungan sangat besar diberikan Ditjen SDA untuk masa studi termasuk data," ungkapnya.
Hasil studi Hendra di Jepang berjudul "Pengaruh Interaksi Ukuran Butiran Sedimen dan Rasio Lebar-Dalam dalam Dinamika Perubahan Bentuk Sungai". Topik tersebut dipilih sebab ia menaruh perhatian terhadap frekuensi banjir yang terjadi di kota-kota yang dilintasi sungai meander alias berkelok-kelok.
Meneliti tujuh sungai di Jepang, satu sungai di Kamboja, dan tiga sungai di Indonesia yakni Ciliwung, Cimanuk, dan Serayu, Hendra mengaku mencoba memahami memahami mekanisme pembentukan sungai meander dengan model lumrik khususnya erosi dan pergeseran tebing sungai.
Dari hasil penelitiannya, Hendra menjelaskan bahwa sangat penting bagi insan PUPR untuk menemukan sedimen dasar dan sedimen sungai secara periodik agar sungai bisa ditangani secara tepat. Hal ini diperlukan agar pengelola sungai bisa melakukan analisa dan prediksi yang tepat untuk penanganan sungai yang berwawasan ramah lingkungan.
"Termasuk sungai-sungai di Indonesia agar bisa diprediksi 'perilakunya'," jelas Hendra.
Bandingkan Indonesia Dengan China dan Korea
Kepala BPSDM PUPR Khalawi, kemudian menjelaskan bahwa pihaknya saat ini memang mendorong peningkatan kualitas SDM. Di lingkungan Kementerian PUPR. BPSDM saat ini memiliki program beasiswa bertajuk Magister Super Spesialis (MSS).
MSS bekerja sama dengan symbian perguruan tinggi mitra sejak 2020 yakni, Universitas Diponegoro, Universitas Gadjah Mada, Institut Teknologi Bandung, dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Universitas Indonesia, Universitas Brawijaya, Universitas Hasanuddin, Universitas Andalas, dan Universitas Bina Nusantara. Beasiswa pun dirancang secara khusus atau tailor made dengan sesuai kebutuhan PUPR dengan praktek aplikatif alias agar lulusan bisa langsung siap terjun ke lapangan.
"Kita dituntut menyiapkan SDM yang unggul untuk menyongsong Indonesia Emas 2045. Karena nanti adek-adek ini yang akan menggantikan kami-kami ini yang generasi kolonial," ucap Khalawi dalam sambutannya.
Hingga saat ini, ia menjelaskan Kementerian PUPR menargetkan 100 orang mendapat beasiswa LPDP. Pada 2023, ia menjelaskan PUPR sudah berhasil mengirim 102 orang. Sejak 2016-2023, Khalawi pun mengatakan bahwa sebanyak 174 PNS sudah dikirim lewat LPDP serta berbagai program lain seperti Japan International Cooperation Agency dan Chevening Scholarship.
Menurutnya, upaya Kementerian PUPR untuk terus menggenjot kualitas SDM tidak terlepas dari keinginan Menteri PUPR Basuki Hadimuljono. Seberpulang Basuki sebagai Ketua Kontingen Tim Indonesia untuk Asian Games XIX di Hangzhou 2023, Khoirul mengatakan bahwa Basuki sangat menaruh perhatian penting atas pengembangan SDM PUPR yang kelak menjadi masa depan pengelola dan pengembang infrastruktur Indonesia.
"10 tahun terakhir ini memang sudah banyak infrastruktur seperti jalan tol dan sebagainya tapi Pak Basuki bilang bahwa kita itu belum apa-apa dibanding China dan Korea. Kita baru punya 270-an bendungan di China sudah ada 89 ribu bendungan. Artinya kita ke depan masih membutuhkan infrastruktur lebih banyak lagi. Insya Allah, dengan adek-adek ini (ke luar negeri) ke depan bisa dapat tugas lebih besar, mudah-mudahan harapan itu bisa tercapai," pungkasnya.
(eds/eds)