VP Corporate Secretary KCI Anne Purba sebelumnya menegaskan keputusan perusahaannya selaku pihak yang melakukan pengadaan impor KRL untuk mengimpor dari China tidak ada hubungannya dengan pinjaman Kereta Cepat.
"Tidak ada hubungannya, tidak ada hubungannya. Pure, kan ada pengadaanya. Ya, memang proses pengadaanya. Prosesnya benar-benar pengadaan. Tidak ada pengaruh dari siapapun," kata Anne, dalam konferensi pers di kantornya di Jakarta Pusat, Selasa (6/2/2024).
Anne mengatakan, pihaknya menerima proposal dari dua perusahaan asal Korea Selatan, Wojin dan Dawonsys. Namun Anne menyebut KRL produksi mereka masih berbahan aluminium, sedangkan mayoritas KRL Commuter Line Jabodetabek saat ini sudah berbahan stainless steel.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lanjut, Anne menyebut telah terjadi perubahan harga pada proposal milik produsen KRL Jepang J-TREC pada bulan Oktober. Sebelumnya impor 3 KRL di perusahaan tersebut diperkirakan menelan biaya Rp 676 miliar. Hal ini membuat pihaknya enggan mengimpor kereta dari Jepang.
"Tetapi Oktober ketika proposal yang kami terima dari Jepang ada mengalami kenaikan. Sehingga perlu ada membandingkan dengan yang lain. Ada Korea dua, Wojin dan Dawonsys. Kemudian ada CRRC. Kan kalau pengadaan di perusahaan kita juga bisa merekomendasikan beberapa untuk kita bisa melihat perbandingannya," papar Anne.
Adapun keputusan memilih impor 3 rangkaian KRL baru dari China adalah karena murni pertimbangan pemenuhan spesifikasi. Selain itu CRRC Sifang juga diklaim menawarkan harga yang lebih kompetitif.
(hal/hns)