Badan Usaha Pelabuhan (BP) Batam mengusulkan tarif batas atas dan bawah untuk tiket penyeberangan Ferry internasional rute Batam-Singapura. Usulan tarif dasar ini sebagai langkah untuk menekan harga tiket Ferry yang kembali melonjak.
Direktur BP Batam Dendi Gustinandar mengatakan saat ini tarif Ferry rute Batam-Singapura mencapai Rp 800 ribuan. Padahal rata-rata tarif Ferry rute tersebut di kisaran Rp 360.000-480.000. Kenaikan harga yang signifikan ini berimbas pada tingkat keterisian penumpang yang menurun.
Dia menjelaskan pada tahun 2019, tingkat keterisian penumpang dapat mencapai 3,9 juta penumpang. Sementara pada tahun 2023, hanya mencapai 1 juta penumpang. Untuk itu dia menilai regulasi terkait tarif batas dapat menekan harga serta polemik yang terjadi di masyarakat.
"Yang penting juga terkait regulasi kewenangan kalau memang BP Batam bisa mendapatkan kewenangan untuk menentukan batas atas batas bawah harga tiket ini akan memudahkan, tidak akan menjadi polemik perdebatan. Kalau bisa dibantu kekhususan Batam yang diberikan oleh pemerintah melalui Peraturan Pemerintah 41/2021 berharap bisa diberikan kewenangan untuk bisa memberikan/memutuskan tarif atas dan bawah," kata Dendi saat ditemui di kantor KPPU, Jakarta, Selasa (28/5/2024).
Lebih lanjut, pihaknya sudah bertemu dengan para pelaku usaha kapal Ferry imbas lonjakan tarif tiket. Dari pertemuan itu, pelaku usaha mengklaim harga bahan bakar solar yang melonjak Rp 15.000/liter dari Rp 5.000/liter menjadi salah satu penyebab tarif tiket naik. Selain itu, naiknya tarif tiket ini juga untuk menutupi kerugian selama 2 tahun akibat pandemi covid-19.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Seksi (KASI) Pengelolaan Media Komunikasi Publik Kepulauan Riau Muhammad Iqbal mengatakan lonjakan tarif ini berdampak pada kunjungan wisatawan sekaligus perekonomian Batam yang menurun. Dia menyebut pada tahun 2019 wisatawan yang mengunjungi Batam hampir 2 juta orang. Namun, pada tahun 2023 hanya 1 juta orang.
"Dampaknya banyak, terutama kunjungan domestik ke Batam. Sehingga wisatawan domestik yang dulunya menurut informasi sekitar 2 juta sekarang 1 juta ini ada penurunan sekitar 50%. Ini harus kita dorong lagi supaya semangat ini ada," kata Iqbal.
Dia menjelaskan apabila lonjakan tarif ini terus berkelanjutan wisatawan asal Singapura bisa melarikan diri ke Malaysia. Tentunya, ini akan berdampak pada ekonomi lokal yang menurun.
"Kompetitif kita ini antara Johor sama Batam. Singapura ini kan kunjungan yang paling rutin itu antara Johor sama Batam tinggal pilihan. Kalau tarifnya tinggi ya pergi ke Johor akhirnya kulinernya kurang ekonominya turun dan sebagainya," imbuhnya.
Untuk itu, dia berharap agar pemerintah segera dapat menentukan tarif yang terjangkau. Sebab, hubungan antara Batam dan Singapura telah terjalin dengan baik.
(das/das)