×
Ad

Kolom

Transformasi Ketahanan Nasional Menuju Infrastruktur Antifragile

Jemmy Setiawan - detikFinance
Jumat, 05 Des 2025 14:22 WIB
Ilustrasi.Foto: Dok. Kementerian Pekerjaan Umum
Jakarta -

Delapan dekade bukanlah waktu yang singkat bagi sebuah institusi untuk menjadi tulang punggung peradaban. Menapaki usia ke-80 tahun, Kementerian Pekerjaan Umum (PU) kini berdiri di titik temu yang krusial antara sejarah panjang pembangunan dan tantangan masa depan yang penuh ketidakpastian.

Dalam refleksinya, Menteri Pekerjaan Umum Dody Hanggodo menegaskan sebuah premis fundamental: "Ketahanan nasional itu infrastruktur." Ini bukan sekadar slogan, melainkan realitas geopolitik dan ekonomi. Di tengah perubahan iklim, tekanan geopolitik, dan gangguan rantai pasok global, infrastruktur tidak lagi bisa dipandang sekadar sebagai deretan proyek fisik, melainkan sebagai sistem pertahanan negara yang paling nyata.

Namun, menyambut dekade baru pengabdian ini, kita perlu membawa paradigma tersebut selangkah lebih maju. Infrastruktur Indonesia tidak boleh hanya sekadar "tahan" (resilient), tetapi harus berkembang menuju apa yang disebut Nassim Nicholas Taleb sebagai "Antifragil"-sebuah sistem yang tidak hanya bertahan saat diguncang krisis, tetapi justru menjadi lebih adaptif dan kuat karenanya.

Dari Bangunan Teknis Menuju Infrastruktur Regeneratif

*Menteri Dody Hanggodo* menyoroti capaian satu dekade terakhir dengan pembangunan 53 bendungan baru yang memiliki kapasitas tampung lebih dari 3.000 juta meter kubik. Beliau menekankan bahwa eksistensi bendungan kini bergeser dari sekadar bangunan teknis menjadi solusi swasembada pangan.

Dalam kacamata teori modern, ini adalah manifestasi dari Infrastruktur Regeneratif yang berbasis pada Nature-based Solutions (NbS). Bendungan bukan lagi entitas beton yang berdiri sendiri, melainkan jantung dari sebuah ekosistem pemulihan. Ketika lebih dari 300.000 hektar sawah mendapat irigasi stabil, kita sedang memulihkan siklus alam sekaligus siklus ekonomi. Infrastruktur ini mengikat air dan pangan dalam satu kesatuan, memastikan bahwa saat musim kemarau panjang datang, negara memiliki "cadangan kehidupan". Inilah bentuk ketahanan air yang sesungguhnya.

Efisiensi Ekonomi dan Prinsip Quality Infrastructure Investment

Salah satu poin krusial yang diangkat dalam visi *PU608 (Pekerjaan Umum 2025-2029)* adalah penurunan Incremental Capital Output Ratio (ICOR) menuju angka di bawah 6. Target ini menegaskan bahwa setiap rupiah belanja negara harus menghasilkan dampak ekonomi yang maksimal.

Untuk mencapai efisiensi ini, pembangunan jalan tol yang telah mencapai 2.900 km dan ditargetkan menembus 3.100 km di akhir tahun ini, harus diletakkan di atas prinsip Quality Infrastructure Investment (QII). Konektivitas jalan tol tidak hanya sekadar menghubungkan satu titik ke titik lain, tetapi harus mampu menurunkan biaya logistik secara drastis dan menumbuhkan pusat-pusat ekonomi baru.

Dengan pendekatan QII, infrastruktur dirancang dengan memperhitungkan biaya siklus hidup (life-cycle cost), integrasi teknologi, dan ketahanan terhadap bencana. Hal ini memastikan bahwa infrastruktur kita tidak membebani anggaran pemeliharaan di masa depan, melainkan terus menjadi aset produktif yang menopang daya saing bangsa di pasar global.

Keadilan Ruang: *Infrastruktur sebagai Wajah Humanis Negara*

Di balik angka-angka makro, esensi pembangunan infrastruktur adalah kemanusiaan. Instruksi Presiden Jalan Daerah (IJD) yang menjamin keberadaan jalan bagi petani dan anak sekolah, serta pembangunan sanitasi dan air minum (SPAM) 1.250 liter per detik, adalah wujud nyata dari Keadilan Ruang (Spatial Justice).

Teori perencanaan modern mengajarkan bahwa aksesibilitas adalah hak dasar warga negara. Jalan yang rusak di daerah terpencil bukan hanya hambatan logistik, melainkan bentuk pengabaian. Ketika negara hadir memperbaiki jalan desa, memastikan sanitasi layak, dan membangun sekolah yang aman, negara sedang menegakkan martabat rakyatnya. Seperti yang disampaikan Menteri Dody, infrastruktur adalah kehadiran negara yang paling nyata, menyentuh kehidupan sehari-hari, dan memastikan tidak ada warga di kawasan 3T (Terdepan, Terluar, Tertinggal) yang merasa asing di tanah airnya sendiri.

Menatap Indonesia Emas 2045

Alur panjang pembangunan ini akan membentuk pola jelas: bahwa negara bekerja untuk masa depan yang mungkin tidak disaksikan langsung oleh para pembuat kebijakan hari ini. Ini adalah prinsip Intergenerational Equity atau keadilan antargenerasi.

Di usia ke-80 ini, Kementerian PU tidak hanya sedang membangun beton dan aspal. Kita sedang meletakkan fondasi karakter bangsa yang tangguh. Gangguan global mungkin akan terus datang dengan ritme tak terduga, tetapi dengan infrastruktur yang antifragil, regeneratif, dan berkeadilan, kita memastikan bahwa generasi Indonesia Emas 2045 tidak akan memulai perjuangannya dari titik rapuh.
Ketahanan nasional adalah keniscayaan yang harus dibangun dengan kesungguhan. Sigap Membangun Negeri.

Oleh: Jemmy Setiawan
Stafsus Kementerian PU

Lihat juga Video: Infrastruktur, Fondasi Ketahanan Ekonomi Indonesia




(hns/hns)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork