Jakarta -
Anda pasti masih ingat dengan Ustadz kondang Yusuf Mansur yang berbisnis 'mimpi' melalui investasi patungan. Berikut ini adalah jenis-jenis usahanya dari hasil patungan tersebut.
Dengan skema modal kecil dan usaha besar, Yusuf Mansur menjaring dana masyarakat lewat program Patungan Usaha (PU) dan Patungan Aset (PA).
Skema usahanya hampir sama, yaitu menggalang dana di satu tempat atau aset dan dikelola sampai bisa menghasilkan dana. Instrumen investasinya bermacam-macam, mulai dari properti hingga sawah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seperti dikutip
detikFinance dari situs resmi Patungan Usaha, Kamis (18/7/2013), berikut ini adalah jenis-jenis patungan usaha yang dikelola Yusuf Mansur.
Ide program ini bergulir sejak 2012. Bisnis itu berawal dari kicauan Yusuf di Twitter. Ustadz yang moncer lewat buku ‘Wisata Hati’ dan ajaran sedekah itu menyoroti cengkeraman asing di negeri ini.
Menurutnya, banyak sumber daya alam Indonesia, dan peluang-peluang bisnis di Indonesia tidak dinikmati rakyat tapi oleh korporasi asing.
Maka dari itu, ia mengajak warga supaya berjamaah membeli kembali aset Indonesia yang dikuasai kapitalis. Awalnya, setiap orang bisa menyumbang Rp 1 juta dan hanya dalam waktu dekat sudah terkumpul Rp 800 juta.
Uang hasil patungan itu digunakan Yusuf untuk bisnis hotel. Yusuf mengakuisisi sebuah hotel dan apartemen dua menara bernama Topas, dekat Bandara Soekarno-Hatta.
Banderol harga hotel dan apartemen Topas sekitar Rp 150 miliar. Setiap peserta membenamkan modal Patungan Usaha sebesar Rp 12 juta. Yusuf membidik 15.000 peserta PU demi memuluskan proyek ini.
Selain itu juga, Yusuf Mansur juga bermimpi bisa mengakuisisi ladang minyak di Kazakhstan yang belum digarap negara tersebut. Yusuf yang mendapatkan info dari rekannya di Pertamina mengatakan membutuhkan investasi hingga Rp 1 triliun untuk mencaplok sebuah ladang minyak di Kazakhstan tersebut.
Ini merupakan program turunan dari Patungan Usaha (PU) yang sudah dibahas sebelumnya. Menurut Yusuf, jika di Patungan Usaha Hotel & Apartemen langsung ada bagi hasil tahunan, dan cashback-nya. Nah, di Patungan Aset (PA) ini tidak ada bagi hasil tahunan, yang ada hanya refund/cashback. Lalu keuntungannya dari mana?
"Di antara Sahabat PA, masing-masingnya bisa bertemu, bersilaturahim, baik dalam pergaulan dan persahabatan biasa, hingga bisnis. Bisa tuker menuker info, peluang, bantu membantu, hingga saling doa mendoakan," ujarnya.
Misinya sederhana, ramai-ramai membuat dan mengembangkan usaha dan akhirnya membeli kembali aset-aset Indoensia yang sudah dijual ke asing. Program PA ini juga akan menyasar bisnis perhotelan, perbankan, properti, pangan/makanan/kuliner, transportasi darat, laut, udara, migas, mineral dan batubara, dan lain-lain.
Saat ini program PA sudah membeli tanah 4,7 hektar di deket bandara. Nantinya tanah ini akan diperluas lagi dan didirikan berbagai macam bangunan seperti komplek pergudangan, perkantoran, hotel dan lain-lain. Untuk proyek pertama dari PA dibandrol Rp 2 juta rupiah per meter.
Program Sedekah Sawah ini mirip dengan Patungan Usaha dan Patungan Aset namun caranya yang sedikit berbeda. Yusuf menawarkan sawah kepada nasabah yang nanti akan dikelola dan hasil dari sawah tersebut disumbangkan kepada orang yang kurang mampu.
Menurut Yusuf dalam situsnya, dalam tahap pertama ada sebidang sawah di Sukabumi. Harga tanahnya di sana sudah sekitar Rp 300 ribu per meter, namun Yusuf menjamin bisa dapat di harga Rp 70.000 per meter.
"Insya Allah tidak ada mark-up harga dan main-main. Sebab urusannya sedekah. Langsung sama Allah tanggung jawabnya," katanya.
Dengan modal Rp 100.000 per meter, kata Yusuf, nasabah sudah bisa mengambil satu meter sawah. Setelah sawah, Yusuf juga ingin masuk ke sektor lain untuk tahap selanjutnya.
"Sederhana saja. Nanti ya kalau sudah kuat, beli pesawat, hotel, sekolah, universitas, bengkel, showroom, restoran, rumah sakit, pabrik, toko–toko. Apa saja. Kita awali dengan sawah ini dulu," ujarnya.
Halaman Selanjutnya
Halaman