Cegah Pencurian Uang di Rekening Tabungan Pakai Cara Ini

Cegah Pencurian Uang di Rekening Tabungan Pakai Cara Ini

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Rabu, 14 Feb 2018 08:16 WIB
Cegah Pencurian Uang di Rekening Tabungan Pakai Cara Ini
Foto: Rachman Haryanto
Jakarta - Kehilangan uang secara misterius di rekening bank memang meresahkan. Pasalnya, bank yang dinilai sebagai tempat aman menyimpan uang bisa menjadi tempat yang menyeramkan.

Seperti kasus nasabah PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) Nita Yuliastuti. Beberapa hari lalu uangnya raib sebesar Rp 18 juta secara misterius. Ada empat kalo transaksi penarikan uang di mutasi rekeningnya. Namun ia tak pernah melakukan penarikan tersebut.

Corporate Secretary BRI Bambang Tribaroto mengungkapkan dari hasil penelusuran BRI, transaksi pada rekening Nita Yuliastuti merupakan transaksi dengan indikasi skimming.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Skimming memang bukan hal baru di Indonesia. Ini adalah tindakan pencurian informasi kartu debit atau kredit dengan cara menyalin informasi yang terdapat pada strip magnetik kartu debit atau kredit secara illegal untuk memiliki kendali atas rekening korban.

"Teknik skimming dilakukan dengan cara mengggunakan alat yang ditempelkan pada slot mesin ATM (tempat memasukkan kartu ATM) dengan alat yang dikenal dengan nama skimmer," kata Bambang saat dihubungi detikFinance, Selasa (13/2/2018).

Dia menjelaskan, skimming adalah tindak kejahatan yang menyerang perbankan dan terjadi tak hanya di Indonesia. Tapi juga di sejumlah negara dengan jaringan internasional.

"Ketika ada pembobolan rekening, selain nasabah, pihak bank pun turut menjadi korban. Reputasi akan kenyamanan dan tingkat keamanan yang terjaga menjadi turun di mata masyarakat," imbuh dia.

Dia mengungkapkan, terkait laporan pengaduan Nita Yuliastuti BRI telah mengganti dana sebesar Rp 18.062.407 pada 9 Februari 2018.

"Bank BRI juga telah menghubungi Ibu Nita Yuliastuti untuk menyampaikan klarifikasi dan permohonan maaf serta hasil penyelesaian pengaduannya," ujar dia.

Berikut selengkapnya:
Digital Forensic Analyst Ruby Alamsyah menjelaskan, skimming tenar pada 2010 lalu. Jenis pencurian ini terjadi di Bali dan di Jakarta. Saat itu, pelakunya sudah memiliki data nasabah mulai dari nomor rekening, nomor kartu ATM dan urutan nomor PIN.

"Saat itu mereka memiliki data sekitar 100 ribu nasabah bank di Indonesia yang siap dibobol. Semua datanya tersimpan di kartu memori," ujar dia.

Ruby mengungkapkan, sejak kejadian itu, Bank Indonesia (BI) mengeluarkan aturan agar kartu ATM agar dilengkapi dengan chip dan tak lagi menggunakan strip magnetik. Jika anda perhatikan, di belakang kartu ATM ada garis hitam, nah itulah pita magnetik yang dimaksud.

Menurut dia, strip magnetik memang rentan untuk keamanan data nasabah. "Kalau skimming itu, pelaku menyalin data dari magnetic stripe, lalu mereka tinggal sinkronisasi dengan komputer dan mereka langsung mendapatkan nomor PIN nasabah," ujarnya.

Hal tersebut biasanya dilakukan oleh jaringan skimming internasional. Mereka memiliki standard operasional procedure (SOP) yang sangat terstruktur. Namun untuk pelaku skimming lokal, mereka biasanya menggunakan alat sederhana yakni tusuk gigi untuk mengganjal kartu.
"Modus lokal pakai tusuk gigi, mereka biasanya berkelompok. Ada yang bertugas mengintip nomor PIN, mengalihkan perhatian, mengambil kartu dan mengawasi sekitarnya," imbuh dia.
Untuk modus lokal, biasanya pelaku menggunakan kartu yang sudah ditukar dan menguras uang nasabah di mesin ATM lain.

Selain di kartu ATM, skimming juga bisa dilakukan di internet banking. Ruby mengungkapkan untuk internet banking biasanya dilakukan oleh sindikat internasional yang memiliki kemampuan IT level tinggi. Ruby mengimbau agar nasabah lebih waspada dalam bertransaksi baik di mesin ATM maupun menggunakan internet.

Pelaku skimming yang ada di Indonesia biasanya tergabung dalam sindikat internasional. "Orang Indonesia dalam skimming ini hanya pelaku operasional ya kaki tangannya lah, dalangnya itu ada di luar negeri Ukraina dan Bulgaria," kata Ruby.

Dia menjelaskan, sindikat internasional tersebut memiliki standard operasional procedure (SOP) yang sangat rapi. Mereka memiliki tim yang terstruktur, menyusun buku panduan, menyiapkan alat dan komputer dengan sistem yang terbaik.

Selain itu, sindikat ini bisa dengan mudah melakukan perekrutan orang-orang yang niat bergabung. Ruby menjelaskan, sindikat tersebut biasanya membuka lowongan pekerjaan dan menjanjikan fee atau bonus yang cukup besar untuk pelaku operasional ini.

Namun, di Indonesia belum pernah tertangkap pelaku intelektualnya. Ini menyebabkan, sindikat tersebut melihat ada celah untuk kembali masuk ke Indonesia. "Sebenarnya untuk menghentikan skimming ini yang harus ditangkap ya pelaku intelektualnya. Supaya semua jaringan bisa dihentikan, kalau hanya 'pegawai' nya mereka bisa dengan mudah merekrut lagi," imbuh dia.

Ruby mengungkapkan pihaknya pernah menelusuri aliran dana hasil skimming dana tersebut digunakan untuk pembiayaan terorisme. Menurut dia, teroris memang mencari dana dengan melakukan peretasan dan pencurian uang nasabah perbankan untuk biaya operasional.

Negara-negara berkembang seperti Indonesia menjadi salah satu negara dengan target empuk untuk pembobolan rekening nasabah. "Nah mereka mendapatkan dana dari hacking di negara berkembang seperti Indonesia. Kegiatan ini bisa menjadi sumber dana untuk terorisme," ujar dia.


Pencurian uang di rekening nasabah perbankan masih marak di Indonesia. Salah satu cara yang dilakukan adalah skimming atau penyalinan data dari kartu debit atau kartu kredit kemudian disalahgunakan oleh pencurinya.

Namun muncul teknik baru untuk pembobolan dana di mesin ATM, yakni Jackpotting ATM. Digital Forensic Analyst Ruby Alamsyah menjelaskan itu adalah pembobolan tersebut tidak langsung ke rekening pribadi nasabah.

"Jadi akan diinstal sebuah program di sistem mesin ATM baik secara jarak jauh atau secara fisik. Kan ATM punya USB port tuh, dia masukkan data dari situ," kata Ruby.

Dia menjelaskan, setelah data atau virus masuk ke sistem mesin ATM maka pembobol akan menekan tombol tertentu dan memasukkan sebuah kartu ke mesin.

"Setelah itu mesin ATM akan memuntahkan seluruh uang yang ada di dalamnya. Jadi seperti dapat jackpot, ini sudah ada di Amerika dan Eropa," jelas dia.

Ruby mengharapkan, teknik ini tidak terjadi di Indonesia. Karena ini akan menciptakan kerugian besar untuk perbankan di Indonesia. "Mudah-mudahan ini tidak terjadi ya di Indonesia, karena akan bahaya sekali. Bukan individu lagi yang rugi tapi banknya," ujar dia.

Digital Forensic Analyst Ruby Alamsyah menjelaskan sebagai nasabah bank yang aktif menggunakan layanan digital, harus memiliki tingkat kewaspadaan yang tinggi. Hal ini agar terhindar dari 'pencurian' uang di rekening menggunakan skimming.

Pertama, nasabah harus aktif melakukan pemeriksaan histori atau sejarah transaksi yang dilakukan. Misalnya rajin memeriksa mutasi rekening baik di mesin ATM, internet banking hingga mobile banking.

"Pengecekan histori transaksi harus sering dilakukan, karena jika kita tahu ada transaksi mencurigakan bisa langsung dilaporkan," kata Ruby saat dihubungi detikFinance, Selasa (13/2/2018).

Kedua, aktifkan notifikasi atau pemberitahuan melalui sms. Biasanya, notifikasi ini bisa diset oleh nasabah misalnya untuk transaksi di atas Rp 1 juta maka bank akan menginformasikan kepada nasabah.

Ketiga, jika bertransaksi di mesin ATM, lebih baik di mesin yang ada di tempat ramai atau di kantor cabang bank. Menurut dia ini meminimalisir pelaku kejahatan untuk memodifikasi mesin ATM. "Biasanya pelaku skimming itu tidak pasang alat di mesin ATM yang tempatnya ramai, jadi supaya aman bisa transaksi di ATM kantor cabang saja," ujar dia.

Keempat, sebelum bertransaksi di mesin ATM perhatikan apakah ada hal-hal yang mencurigakan. Misalnya pada mulut pembaca kartu harus diperhatikan dengan seksama. "Bisa dilihat ya di mulut tempat masuk kartu, kalau ada alat tambahan yang mencurigakan, misalnya bisa digoyang goyang itu langsung laporkan saja ke bank. Biasanya pelaku hanya pakai double tape untuk menempel," imbuh dia.

Selain di mesin ATM, skimming juga bisa menyerang internet banking. Ruby mengatakan jangan sekali - kali menggunakan jaringan publik wifi atau perangkat publik untuk menggunakan internet banking. Hal ini untuk mengurangi risiko penyalinan sata oleh pelaku skimming.

Dia menambahkan, perhatikan situs bank yang asli. Jangan sampai situs tersebut disusupi peretas dengan tindakan phising atau penyamaran dan menjadi situs palsu.


Hide Ads