Direktur Eksekutif Departemen Internasional Bank Indonesia (BI) Doddy Zulverdi mengibaratkan, rupiah saat ini tergantung dari 'sawah' dan 'irigasi atau air' nya. Sawah merujuk pada ekonomi Indonesia, sementara air merujuk ke dolar AS.
Baca juga: Amukan Mereda, Dolar AS Pagi Ini Rp 14.890 |
Doddy mengatakan, ekonomi Indonesia masih memerlukan dolar AS, sebab dibutuhkan untuk mengimpor berbagai kebutuhan seperti bahan baku.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara air atau dolar AS pasokannya terus berkurang dan membuat nilainya terus menguat terhadap rupiah. Berkurangnya dolar ini ada beberapa sebab.
Pertama, adanya normalisasi neraca Bank Sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserve (The Fed). Normalisasi ini berimbas pada penarikan dolar yang tersebar di seluruh dunia.
Kedua, pada saat yang sama The Fed menaikkan suku bunga acuan yang membuat dolar AS balik kampung.
"Saat yang sama suku bunga, harga air dijual ke pembeli dinaikkan, jadi dolar dikurangi, harga naik, negara-negara pembeli dolar yang butuh dolar seperti Indonesia menerima sedikit air," jelasnya.
Tak berhenti di situ, kebijakan pemangkasan pajak alias reformasi pajak (tax reform) yang dilakukan pemerintah AS juga turut serta pada pengurangan pasokan dolar. Sebab, adanya tax reform ini membuat defisit anggaran pemerintah membengkak dan keperluan untuk menambal defisit ini semakin besar.
Baca juga: Dolar AS Tinggi Kinerja Impor Tertekan |
"Tambahan defisit 5 tahun ke depan sebesar US$ 1,2 triliun kalau Rp 18 ribu triliun, tambahan defisit fiskal AS. Artinya AS akan terus menambah utang di luar baseline," ujarnya.
"Kalau menerbitkan surat utang segitu artinya dana yang berputar di dunia akan disedot untuk mengurangi defisit," tambahnya.
Hal itu ditambah juga dengan perang dagang antara AS dan China. Kondisi ini membuat investor mencari instrumen investasi yang aman.
"Aliran air belakangan, salah satunya trade war aliran terganggu, ada ketidakpastian membuat aliran air bolong, bocor, mengalir kemana-mana," tutupnya.
Saksikan juga video 'BI: Rupiah Masih Lebih Baik dari Mata Uang Negara Lain':
(hns/hns)