Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan selain itu suku bunga deposit facility masih 5,25% dan suku bunga lending facility 6,75%. "Keputusan tersebut konsisten dengan upaya memperkuat stabilitas eksternal perekonomian, khususnya untuk mengendalikan defisit transaksi berjalan dalam batas yang aman dan mempertahankan daya tarik aset keuangan domestik," kata Perry dalam konferensi pers di Gedung BI, Jakarta, Kamis (21/3/2019).
Dia mengungkapkan kebijakan suku bunga dan nilai tukar tetap difokuskan pada stabilitas eksternal.
Dari data BI disebutkan bank sentral sudah menahan bunga acuan di level 6% selama 5 bulan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perry menjelaskan dalam RDG dibahas pertumbuhan ekonomi global melambat disertai ketidakpastian pasar keuangan yang berkurang. Ekonomi AS tumbuh melambat dipengaruhi berkurangnya stimulus fiskal, menurunnya produktivitas tenaga kerja, dan melemahnya keyakinan pelaku usaha.
Pertumbuhan ekonomi Eropa diprakirakan makin melambat dipengaruhi oleh menurunnya ekspor akibat permintaan dari Tiongkok yang terbatas, melemahnya keyakinan usaha, dan berlanjutnya ketidakpastian penyelesaian masalah Brexit.
Ekonomi Tiongkok juga tumbuh melambat dipengaruhi tertundanya stimulus fiskal dan belum meredanya ketegangan hubungan dagang dengan AS. Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dunia yang melambat, harga komoditas global, termasuk harga minyak dunia juga menurun.
"Respon normalisasi kebijakan moneter di negara maju cenderung tidak seketat perkiraan semula sehingga ketidakpastian pasar keuangan global berkurang. Perkembangan ekonomi dan keuangan global tersebut di satu sisi memberikan tantangan dalam mendorong ekspor, namun di sisi lain lebih positif bagi aliran masuk modal asing ke negara berkembang, termasuk Indonesia," ujar dia.