Merespons hal tersebut, Bank Sentral AS bagian New York atau The Federal Reserve of New York berusaha menyelamatkan pasar bunga pinjaman. NY Fed menyuntikkan dana US$ 53 miliar setara Rp 742 triliun (kurs: Rp 14.000/US$) ke pasar.
Lonjakan suku bunga pinjaman semalam tersebut memaksa NY Fed turun tangan. Pada Selasa pagi waktu setempat, NY Fed meluncurkan apa yang disebut "operasi repo semalam".
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Operasi Repurchase Agreement (REPO) sendiri merupakan proses di mana bank sentral berupaya untuk mengurangi tekanan di pasar dengan cara membeli obligasi dan surat berharga lainnya, diikuti dengan perjanjian di mana pada tanggal yang telah ditentukan obligasi dan surat berharga lainnya akan dijual kembali. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk memompa uang ke dalam sistem untuk menjaga agar bunga pinjaman tidak melewati target maksimal.
NY Fed berhasil menyuntikkan US$ 53 miliar ke dalam sistem setelah sebelumnya sempat mengalami kegagalan karena adanya kesulitan pada teknis. NY Fed mengumumkan rencananya pada Selasa malam waktu setempat untuk kembali mengadakan operasi repo pada hari Rabu yang bertujuan untuk melakukan pembelian kembali hingga US$ 75 miliar.
Peristiwa penyelamatan ini merupakan yang pertama dalam satu dekade terakhir. Peristiwa serupa terakhir terjadi pada akhir 2008.
"Ini belum pernah terjadi sebelumnya, setidaknya di era pasca krisis," kata Mark Cabana, ahli strategi suku bunga di Bank of America Merrill Lynch dikutip dari CNN, Rabu (18/9/2019).
(zlf/zlf)