Baiquni bilang penerbitan surat utang berdenominasi dolar Amerika Serikat tersebut merupakan bagian dari upaya perseroan untuk mencari sumber pendanaan non konvensional. Dana tersebut akan digunakan untuk ekspansi bisnis dan juga membayar utang yang jatuh tempo.
"Itu (global bond US$ 500 juta) kita sudah ambil. Tujuannya untuk ganti pinjaman-pinjaman yang jatuh tempo dan menambah ekspansi juga," katanya saat ditemui di Gedung DPR RI, Jakarta, Selasa (26/11/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baiquni tak menyebutkan kapan waktu tepatnya global bond akan diterbitkan. Namun sebelumnya diketahui rencana ini akan direalisasikan pada kuartal I 2020. Dia juga bilang hal tersebut bisa ditentukan dalam waktu singkat.
"Itu bisa kami siapkan dalam waktu cepat," katanya.
Perseroan sendiri memproyeksi pertumbuhan laba pada tahun 2020 akan mencapai 17%. Angka ini terhitung tinggi lantaran pertumbuhan laba tahun ini diperkirakan hanya sekitar 4,7% sehingga basis pertumbuhannya menjadi rendah.
Baca juga: BNI Biayai Pabrik Amonium Nitrat di Bontang |
Sementara untuk pertumbuhan kredit tahun depan, bank berlogo 46 tersebut menargetkan 11-13%. Angka ini masuk dalam rentang proyeksi pertumbuhan kredit dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) 2020 sebesar 12-13%.
Selain itu, BNI menargetkan pertumbuhan aset pada 2020 sebesar 9-11%, dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 12-14%, dan kredit macet atau non performing loan (NPL) 1,8-2%.
(eds/dna)