Gagal Bayar Jiwasraya dan Skema Ponzi
Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga merespons pernyataan direksi lama PT Asuransi Jiwasraya (Persero) yang menyatakan Jiwasraya tak pernah gagal bayar. Tanpa menyebut siapa direksi tersebut, Arya menilai pembayaran tagihan yang dilakukan manajemen lama seperti halnya skema ponzi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi kita pengen kembali lagi, ini kan kaya skema ponzi, jadi sekalian juga membantah direksi lama. Pertama dia bilang bisa bayar tagihan setiap tahun, ya iya dia bayar tagihan dari uang orang itu," katanya di Kementerian BUMN Jakarta Pusat, Kamis (26/12/2019).
"Ketika muncul tagihan puncak, sudah nggak bisa lagi, dia nggak boleh bohong," tambahnya.
Yang menarik perhatiannya lagi ialah pernyataan manajemen lama yang lebih memilih saham bukan blue chip atau saham unggulan.
"Kedua ini lebih lucu lagi, dia nanam saham di saham-saham nggak bisa yang bagus, karena dikit kalau saham bagus. Kenapa dia nggak beli saham blue chip kan kalau beli saham blue chip lebih sedikit dia beli, berarti dia mengakui beli saham yang gorengan," paparnya.
Di samping itu, Arya juga menyinggung pernyataan Politikus Demokrat Andi Arief terkait investasi Jiwasraya di perusahaan milik Menteri BUMN Erick Thohir.
"Kemudian yang perlu, tapi memang dataya saya cari terus, meluruskan, mengenai saham yang dia bilang invest sahamnya perusahaan publik Pak Erick Thohir. Dia itu ambil saham di market, kalau dia beli market dia bebas kapan beli kapan jual bukan invest gimana, enggak," paparnya.
Sebelumnya, Mantan Direktur Keuangan Jiwasraya, Hary Prasetyo mengatakan, perusahaan tak pernah mengalami gagal bayar sebelumnya. Hary sendiri menjabat sebagai Direktur Keuangan Jiwasraya sejak Januari 2008 dan berakhir di Januari 2018.
"Selama 10 tahun kami menjabat, tidak pernah terjadi yang namanya gagal bayar. Pembayaran terlambat saja tidak pernah terjadi," akunya saat berbincang dengan detikcom di sebuah kafe di Jalan Surabaya, Jakarta Pusat, Kamis (19/12/2019).
Padahal, lanjut dia, kondisi Jiwasraya kala itu tak jauh beda dengan kondisi Jiwasraya saat ini. Namun, lanjut dia, manajemen kala itu gencar melakukan rapat berkala untuk mengantisipasi kebutuhan dana jangka pendek atas kewajiban yang bakal jatuh tempo dalam waktu dekat.
"Kita setiap bulan bahkan setiap minggu rapat. Berapa yang jatuh tempo minggu depan, berapa yang jatuh tempo bulan depan, bahkan kita antisipasi berapa yang akan jatuh tempo 6 bulan dan seterusnya," kata Hary.
Setelah masalah gagal bayar mencuat, muncul kasus saham gorengan. Langsung klik halaman selanjutnya: