Geger Corona 'Sudah Sampai' di Pasar Keuangan

Geger Corona 'Sudah Sampai' di Pasar Keuangan

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Sabtu, 08 Feb 2020 10:30 WIB
Travelers wearing face masks walk along a concourse at Beijing Capital International Airport in Beijing, Thursday, Jan. 30, 2020. China counted 170 deaths from a new virus Thursday and more countries reported infections, including some spread locally, as foreign evacuees from Chinas worst-hit region returned home to medical observation and even isolation. (AP Photo/Mark Schiefelbein)
Ilustrasi/Foto: AP Photo/Mark Schiefelbein
Jakarta -

Geger virus Corona tak hanya mengguncang dunia kesehatan, tapi juga berdampak pada pasar keuangan di sejumlah negara. Salah satunya Indonesia yang mengalami tekanan pada nilai tukar rupiah.

Bank Indonesia (BI) berharap masalah ini bisa segera selesai dan mengembalikan kepercayaan pelaku pasar. Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo mengharapkan masalah virus ini bisa cepat selesai.

Masa pemulihan juga diharapkan bisa lebih cepat.

"Kita juga lihat saat ini bagaimana pemerintah China berupaya mencari vaksin dan melihat informasi dan kemudian melihat pasien yang sembuh mengindikasikan upaya penanggulangan yang baik," kata Dody di Gedung BI, Jakarta, Jumat (7/2/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Dia menjelaskan, memang virus ini juga berdampak pada pasar keuangan. Paling itdak sejak Senin lalu, pasar keuangan China juga dibuka tertekan indikator pasar keuangan dan global.

"Rupiah juga tertekan, tapi kemudian Kamis-Jumat membaik lagi. BI bersama pemerintah melalui instrumen yang sama berupaya untuk menjaga stabilitas rupiah. Di pasar keuangan semoga terjaga dan terus menunjukkan dengan stabilnya rupiah," jelas dia.

Dody mengungkapkan pada minggu lalu sempat terjadi outflow hingga Rp 11 triliun. Namun minggu ini tercatat inflow Rp 400 miliar.

Saat ini BI juga berupaya untuk melihat dan mengawasi dampak virus tersebut ke sektor riil. Supply chain China merupakan produsen utama bagi barang-barang input produsen di banyak negara.

"Kita melakukan studi bagaimana dampaknya lebih kepada sektor riil dan mudah-mudahan pemulihan bisa lebih singkat dan tidak berdampak besar pada sektor riil," jelas dia.

Sektor pariwisata juga terdampak. Klik halaman selanjutnya



Ketua Perhimpunan Hotel Republik Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani mengungkapkan, di pekan terakhir ini sudah 20.000 wisatawan mancanegara (wisman) membatalkan perjalanannya ke Bali.

Dari angka tersebut, sebanyak 40.000 pesanan kamar hotel di Bali dibatalkan.

"Virus corona ini membuat kelimpungan, kebetulan sektor saya di pariwisata. Itu kerasa banget. Kami cek di bali 40.000 pax lebih cancel, 20.000 orang batal penerbangan," kata Hariyadi dalam Business Gathering Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) di Hotel Kempinski, Jakarta, Jumat (7/2/2020).

Wisman yang paling banyak yang membatalkan perjalanan ke Bali, dan destinasi wisata di Indonesia lainnya adalah adalah wisawatan dari China.

Meski belum menghitung jumlah kerugian, ia menyebutkan, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) wisatawan China menghabiskan sekitar US$ 1.000 dalam sekali perjalanan ke Indonesia.


"Tapi kalau dari data BPS itu kan bilang kira-kira turis China US$ 1.100. Kalau cancellation sampai dengan 20.000 pax ya dikali saja segitu," tutur Hariyadi.

Tak hanya di Bali, ia menyebutkan sektor pariwisata di Manado juga mati sebab penyebaran virus corona ini.

"Manado sudah berhenti, kan sudah mggak ada penerbangan. Sekarang sudah stop semua. Sekarang yang mengkhawatirkan yang lain ikutan. Jadi mood-nya turis yang lain ikt-ikutan dia mengurangi kepergiannya," ujar dia.


Hide Ads